Analisis Batimetri Untuk Perencanaan Alur Pelayaran Di Perairan Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Main Author: Sitohang, Mathius Brein Andwika
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/170789/1/Mathius%20Brein%20Andwika%20Sitohang.pdf
http://repository.ub.ac.id/170789/
Daftar Isi:
  • Besarnya potensi yang ada di laut membuat navigasi alur pelayaran sangatlah dibutuhkan untuk kebutuhan perjalanan kapal – kapal eksplorasi. Informasi mengenai navigasi alur pelayaran yang aman untuk dilalui oleh kapal dikenal sebagai informasi batimetri. Informasi batimetri menyediakan data berupa daerah – daerah kritis yang tidak dapat dilalui kapal dan daerah – daerah yang aman untuk dilalui oleh kapal. Sungai Mentaya merupakan Sungai penghubung antara Teluk Sampit menuju Pelabuhan Sampit. Sungai Mentaya merupakan salah satu sungai dengan kepadatan lalu lintas yang cukup padat di Provinsi Kalimantan Tengah. Pada tahun 2009 arus volume barang komoditi ekspor di Pelabuhan Sampit mencapai angka 3,3%, bahkan pada tahun yang sama arus kunjungan kapal meningkat sebesar 27,13% dari tahun sebelumnya. Namun, sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan menjadi masalah utama alur pelayaran ini,sehingga setiap tahunnya perlu dilakukan pengerukan pada alur pelayaran ini. Penelitian ini dilakukan secara langsung di Sungai Mentaya dengan menggunakan alat GARMIN Singlebeam Echosounder 420S. Luas daerah penelitian sebesar 2523 hektar, dengan lebar rata-rata sungai 1,3 - 1,5 km. Metode pengambilan data batimetri dilakukan dengan metode zig-zag. Data pasang surut dalam 1 bulan diperoleh dengan mengunduh data pasang surut dari Badan Informasi Geospasial (BIG),sedangkan data pasang surut untuk koreksi data batimetri diperoleh dengan cara pengamatan langsung menggunakan tongkat skala. Data batimetri diolah menjadi 2 bentuk,yakni peta batimetri dalam kondisi Low Water Spring (LWS) dan High Water Spring (HWS). Berdasarkan pengolahan tersebut,didapatkan kedalaman terendah yakni 1 m, tertinggi 5 m dan rata rata kedalaman adalah 2,9 m pada kondisi LWS. Sedangkan pada kondisi HWS, kedalaman terendah yakni 1 m, kedalaman tertinggi yakni 7 m dan rata rata kedalaman adalah 6,0 m. Berdasarkan pengamatan, surut terjadi pada pukul 07.00 hingga 09.00 dan pukul 20.00 hingga 22.00. Waktu - waktu tersebut bahaya bagi kapal, terutama kapal besar melalui alur pelayaran Sungai Mentaya. Sedangkan kondisi pasang terjadi pada pukul 14.00 hingga 17.00 dan malam hari pukul 22.00 hingga 02.00 subuh, aman bagi kapal, terutama kapal besar melalui alur saat waktu tersebut.