Analisis Kesesuaian Pengelolaan Wisata Alam Clungup Mangrove Conservation Dengan Kriteria Ekowisata

Main Author: Saputri, Novita
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/169964/1/NOVITA%20SAPUTRI%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/169964/
Daftar Isi:
  • Pengembangan wisata memiliki peran yang positif terhadap pembangunan perekonomian. Kujungan dari wisatawan asing memberikan sumbangan terhadap devisa negara, serta meningkatkan Produk Domestik Bruto melalui kunjungan wisatawan domestik. Salah satu wisata yang dikembangkan di Indonesia adalah ekowisata. Ekowisata merupakan perjalanan wisata bertanggung jawab yang mengedepankan konsep konservasi sumberdaya alam serta pemberdayaan masyarakat setempat. Banyak kawasan wisata yang mengaku menerapkan konsep ekowisata dalam pengelolaanya, namun dalam pelaksanaannya masih ditemui adanya ketidak sesuaian pengelolaan kawasan wisata menjadi ekowisata. Untuk itu perlu dilakukan analisis kesesuian pengelolaan wisata berdsarkan kriteria ekowisata. Tujuan dari penelitiaan ini adalah untuk mengetahui (1) profil CMC, (2) atraksi wisata, (3) pengelolaan CMC, serta (4) analisi kesesuaian pengelolaan CMC. Metode pengumpulan data adalah wawancara, kuisoner terstruktur, observasi, serta dokumentasi yang diperoleh dari key informan yaitu pengelola inti dari CMC. Untuk tujuan ke empat digunakan matrik kesesuaian pengelolaan dengan kriteria ekowisata yang telah disusun. Dari matrik ini didapatkan nilai yang menujukan sejauh mana pengelolaan CMC dalam menerapakan kriteria ekowisata. Sumber data adalah data primer yang diperoleh melalui proses wawancara, dokumentasi dan observasi, dan data sekunder yang diperoleh dari dari laporan terdahulu, serta studi pustaka. Clungup Mangrove Conservation didirikan oleh kelompok masyarakat Bakti Alam Sedang Biru yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi lingkunga. Bakti Alam Sendang Biru lahir dari POKMASWAS Pondodok Dadap Sendang Biru. Dari pengelolaan yang dimulai pada tahun 2012 hingga sekarang CMC mengelolan 117 Ha lahan yang terdiri dari 71 Ha Mangrove, 10 Ha terumbu karang, 36 Ha hutan lindung, serta di dalamnya terdapat 6 pantai yaitu, pantai Clungup, Gatra, Sapana, Mini, Batu Pecah dan Tiga Warna. Visi dari gerakan pengelolaan CMC adalah hidup bersama alam, yang diwujudkan melalui misinya yaitu membangun masyarakat yang cinta lingkungan, membentuk desa ekowisata, pemanfaatan sumberdaya yang bertanggung jawab serta berperan dalam perekonomian Jawa Timur. Atraksi wisata yang ada di CMC dikemas sedemikan rupa untuk menarik perhatian pengujung. Selain memberikan nilai-nilai edukasi alam maupun sosial budaya, atraksi yang disediakan juga tidak melupakan unsur-unsur kepuasan pengujung. Ada berbagai atraksi wisata yang ada di CMC, namun masih disayangkan peningkatan dan pengenalan kebudayaan yang ada melalui atraksi wisata masih belum maksimal dalam menyampainnya. Tersedia juga 5 paket wisata, antaranya ada paket wisata selama 6 jam, 2 jam, 4 jam, dan 3 jam di rumah apung dan 3 jam di pantai Tiga Warna. Pengelolaan CMC didasarkan pada tiga aspek yaitu, ekologi, sosial, dan ekonomi. Pengelolaan CMC sangat menjujung nilai ekologi yang dituangkan dalam berbagai prosedur pengelolaan, upaya memberdayakan masyarakat adalah sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat sekitar. Adanya pengelolaan CMC memberikan mafaat dalam bidang perokonomian, meskipun belum maksimal, namun dengan adanya CMC memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam pengelolaan CMC.vi Hasil penilaian pengelolaan wisata alam Clungup Mangrove Conservation dengan matri kesesuaian ekowisata menujukan bahwa pengelolaan CMC secara keseluruhan sudah sesuai dengan kriteria-kriteria ekowisata, dengan nilai NKE 77,5. Dari kelima kriteria, tingkat partisipasi medapatkan nilai paling rendah yaitu sebesar 64,97, hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan masyrakata setempat menyerap peluang kerja yang ada, kurang adanya motivasi dari pihak pengelola, serta kegiatan pengelolaan yang difokuskan pada upaya konservasi lingkungna. Sedangkan kriteria kendali mendapatkan nilai paling tinggi sebesar 92,5, dikarenakan pada pengelolaan wisata yang difokuskan pada upaya konservasi, maka seluruh kegiatan wisata dikendalikan agar tidak menimbulkan dampak yang negatif terhadap proses ekologi yang ada Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini diantaranya adalah, CMC dibentuk oleh yayasan Bakti Alam Sedang Biru. CMC mengelola 6 pantai pada lahan 117 Ha yang terdiri dari 71 Ha lahan konservasi amngrove, 10 Ha area konservasi terumbu karang, dan 36 Ha hutan lindung yang di kelola masyarakat setempat menjadi area ekowisata. Atraksi wisata yang disuguhkan CMC memiliki unsur edukasi dan rekreasi serta mengangkat nilai alam, sosial dan budaya, hanya saja kurangnya fasilitas penyampaian kepada wisatawa. Pengelolaan CMC didasarkan pada 3 prinsip, yaitu ekologi, sosial, dan juga ekonomi. Konsep ekologi banyak diadopsi pada seluruh kegiatan wisata . Hasil penilaian kriteria ekowisata pada CMC dihasilakan nilai sebesar 77,5 yang mengartikan bahwa pengelolaan CMC sudah sesuaia dengan kriteria ekowisata, meskipun pada tingkat partisipasi masyrakat yang masih rendah. Adapun saran yang diberikan pada penilitian ini adalah Sebaiknya ada persamaan presepsi dalam penyampaian informasi terkait CMC baik kepada peneliti maupun pengujung, penyampaian informasi terkait atraksi wisata diperdalam oleh pengelolaa, ditambah atraksi wisata berupa playing ground, pedampingn secara intens kepada pengujung yang snorkling, pengadaan pelatihan bahas Inggris. Serta kebersihan tempat ibadah perlu diperhatikan, perkuat aturan menggarap lahan tetelan dengan bekerja sama dengan pihak yang terkait, perlunya penambahan wawasan kondisi sekitar kepada seluruh crew CMC, perlunya ditingkatkan tingkat partispasi masyarakat dengan membagun kemitraan yang saling memberikan keuntungan antara masyarakat yang terlibat dengan pengelola.