Analisis Batimetri Menggunakan Multibeam Echosounder Dengan Metode Sistem Perekaman Data Beamforming Dan Interferometri

Main Author: Instino, Golda
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/169922/
Daftar Isi:
  • Survei batimetri dilakukan untuk mengetahui kedalaman perairan dan topografinya. Survei Batimetri akan menghasilkan informasi tentang keadaan perairan dalam bentuk peta batimetri. Survei batimetri yang baik diperlukan survei batimetri yang efisien. Penggunaan alat yang tepat, seperti penggunaan multibeam echosounder (MBES) membuat survei batimetri menjadi lebih efisien. MBES memiliki beberapa metode perekaman data yang berbeda seperti MBES dengan metode perekaman data beamforming dan metode perekaman data interferometri. Mengetahui prinsip kerja serta penggunaan yang tepat dari beamforming dan interferometri dapat menjadikan survei batimetri menjadi lebih efisien. Penelitian ini bertujuan mengetahui metode yang lebih efisien antara beamforming dan interferometri, mengetahui hasil batimetri di wilayah teluk Sulawesi Utara, serta perubahan kedalaman perairan. Analisis dengan melakukan perhitungan pada prinsip kerja beamforming dan interferometri digunakan untuk mengetahui metode yang lebih efisien. Survei batimetri dalam pengambilan data dilaksanakan dua kali menggunakan beamforming menggunakan interferometri. Pengolahan data batimetri dilakukan menggunakan MB-System dan pembuatan kontur batimetri menggunakan Global Mapper. Hasil batimetri digunakan untuk mengetahui perubahan kedalaman perairan menggunakan metode cross section. Berdasarkan analisis perhitungan, interferometri lebih efisien dibandingkan beamforming dalam survei batimetri, namun hanya pada perairan dengan kedalaman maksimal 200 meter. Hal ini dikarenakan interferometi memiliki kerapatan jarak antar beam dan jarak tiap ping yang lebih tinggi. Jarak antar beam dan jarak tiap ping yang semakin rapat, akan mendapatkan hasil data yang lebih banyak dan lebih akurat. Pada hasil batimetri yang dilakukan survei batimetri pada tahun 2010 dan tahun 2015 di teluk Sulawesi Utara secara keseluruhan mengalami perubahan kedalaman berupa pendangkalan, namun pada beberapa jarak tertentu mengalami penambahan kedalaman.