Status Jaringan Insang Dengan Pemberian Kutuklin Pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio) Yang Terinfeksi Myxobolus Sp
Main Author: | Puspitasari, Yohana |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/169792/ |
Daftar Isi:
- Ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan ikan hias air tawar yang digemari oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan warna tubuhnya yang sangat mempesona dan harganya yang relatif terjangkau. Namun, dalam proses pemeliharaannya banyak didapatkan kendala yang salah satunya diakibatkan oleh buruknya kualitas air dan tingginya tingkat stress ikan koi. Salah satu kendala yang sulit dikendalikan yaitu parasit pada ikan. Salah satu parasit yang dijumpai pada ikan koi (C. carpio) adalah Myxobolus sp. Keberadaan Myxobolus sp. dalam tubuh ikan dapat diamati dari tingkah laku dan gejala klinis seperti operkulum terbuka yang disebabkan adanya pembengkakan nodul sehingga ikan mengalami gangguan pernapasan. Pengamatan lebih lanjut dapat dilakukan melalui pengamatan histopatologis organ jaringan insang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status jaringan insang ikan koi (C. carpio) yang terinfeksi parasit Myxobolus sp. dengan perlakuan pemberian kutuklin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental eksploratif dengan menggunakan RAL faktorial. Pengamatan status jaringan insang dilakukan pada sampel ikan koi yang terdiri dari 2 perlakuan kontrol yaitu kontrol positif (K+) dan kontrol negatif (K-). Kemudian, terdapat 6 perlakuan yang terdiri dari ikan terinfeksi myxobolus dan ikan sehat yang masing-masing diberikan perlakuan dosis yaitu P1 (Ikan terinfeksi dengan dosis kutuklin 1,0 l/gr pakan), P2 (Ikan terinfeksi dengan dosis kutuklin 0,5 l/gr pakan), P3 (Ikan terinfeksi dengan dosis kutuklin 1,5 l/gr pakan), P4 (Ikan sehat dengan dosis kutuklin 1,0 l/gr pakan), P5 (Ikan sehat dengan dosis kutuklin 0,5 l/gr pakan), dan P6 (Ikan sehat dengan dosis kutuklin 1,5 l/gr pakan). Perlakuan ini dilakukan dalam bak terkontrol dengan menjaga parameter kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO dan CO2. Tingkat kerusakan jaringan insang yang diberi perlakuan kutuklin dapat diketahui dengan metode skoring kerusakan jaringan. Gejala klinis ikan koi yang ditemukan berupa adanya nodul (benjolan berwarna putih kemerahan) pada organ insang serta operculum insang ikan yang terlihat terbuka dan tidak dapat menutup secara sempurna. Hasil pengamatan histopatologi jaringan insang, diperoleh gambaran beberapa kerusakan jaringan yakni kerusakan Edema, Hiperplasia dan Fusi Lamella. Pemberian kutuklin dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap tingkat kerusakan histopatologi jaringan insang yaitu Edema, Hiperplasia dan Fusi Lamella yang dapat dilihat dari hasil skoring dengan perlakuan yang memiliki pengaruh terbaik menurut uji BNT 5% dan BNT 1% adalah perlakuan P1 (Ikan terinfeksi dengan dosis kutuklin sebesar 1,0 l/gr pakan). Selain itu terdapat parameter penunjang yakitu faktor lingkungan yang berpengaruh dalam manajemen pengelolaan kualitas perairan pada perlakuan ikan koi terkontrol selama 14 hari, yakni suhu (24oC-25,5oC) , pH (7,45-7,55), DO (6,175 mg/l– 6,265 mg/l) dan CO2 (4,65 mg/l – 5,82 mg/l) masih tergolong dapat ditoleransi dan masih mampu menujang kelangsungan hidup dalam kegiatan pengamatan ikan koi.