Pengaruh Pemberian Ekstrak Tinta Cumi-Cumi (Loligo Sp.) Terhadap Gen Cyclophilin A (Cypa) Pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Yang Terinfeksi White Feces Syndrome (Wfs) Dengan Salinitas Media Yang Berbeda

Main Author: Satrio, Ilham Bayu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/169716/1/ILHAM%20BAYU%20SATRIO%20%282%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/169716/
Daftar Isi:
  • Budidaya udang vaname di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 2012. Budidaya ini dikembangkan dikarenakan udang vaname merupakan varietas unggul yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Usaha untuk meningkatkan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan pasar yaitu merubah sistem budidaya udang vaname menjadi intensif. Seiring meningkatnya teknologi dan padat tebar tinggi menyebabkan timbulnya suatu penyakit, salah satunya white feces syndrome. Diduga adanya keterkaitan kualitas lingkungan air yang buruk, gregarin, blue green algae, dan bakteri vibrio merupakan penyebab penyakit WFS ini. Pengaplikasian antibiotik sekarang sudah dibatasi, dikarenakan menimbulkan efek samping bagi pathogen maupun organisme itu sendiri. Oleh karena itu obatobatan herbal menjadi solusi, salah satunya tinta cumi-cumi (Loligo sp.) sebagai antibakteri yang dapat melawan bakteri Vibrio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo sp.) dengan salinitas media yang berbeda terhadap gen cyclophilin A pada udang vaname (L. vannamei) yang terinfeksi WFS. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Budidaya Ikan Divisi Penyakit dan Kesehatan Ikan, Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan, dan Laboratorium Hidrobiologi Divisi Sumberdaya Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Universitas Brawiaya, Malang pada 1 Desember - 15 Desember 2018 dan 20 Desember 2018 – 15 Januari 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan menggunakan variabel pemberian ekstrak tinta cumi-cumi 8 ppm pada perlakuan salinitas media 24 ppt (A), 27 ppt (B), 30 ppt(C), dan 33 ppt (K). Parameter utama pada penelitian ini adalah kemurnian DNA, elektroforegram dan blastn pada udang vaname, sedangkan parameter penunjang dalam penelitian ini adalah gejala klinis, parameter kualitas air (pH, suhu, salinitas, DO, nitrat, nitrit, amonia, TOM, dan alkalinitas) dan persentase kelangsunganhidup udang vaname. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut, intesitas volume pita DNA gen CypA pada udang vaname untuk perlakuan A (24 ppt) sebesar 6032130, perlakuan B (27 ppt) sebesar 4922970, perlakuan C (30 ppt) sebesar 5000840, sedangkan perlakuan K(+) (33 ppt) sebesar 7053150 dan K(-) yaitu 2175160. Panjang basepair yang didapat pada gen CypA udang vaname untuk perlakuan A (24 ppt) yaitu 203,4876, perlakuan B (27 ppt) yaitu 193,9718, perlakuan C (30 ppt) yaitu 184,901, sedangkan perlakuan K(+) (33 ppt) sebesar 182,7004 dan K(-) sebesar 208,4191. Nilai query cover yang didapat pada semua sampel (A,B,C,K+,K-) berkisar antara 67-97 %, nilai identy antara 91-97 % dan Evalue 0.0. Berdasarkan nilai yang diperoleh, artinya sekuen DNA sampel memiliki panjang sekuen yang sama dengan database yang ada di Genbank 67-97% dengan E-value 0.0 dapat disimpulkan bahwa sekuen sampel memiliki tingkat homologi yang sangat tinggi. Hasil analisis komposisi nukleotida pada gen CypA pada L. vannamei menunjukan bahwa jumlah rata-rata adenin dan timin ditemukan paling tinggi. sehingga gen CypA pada udang vaname dikategorikan sebagai kelompok kaya basa A-T dimana memiliki ikatan hidrogen yang lemah. Hasilviii analisis variasi genetik didapat pola variasi genetik pada gen CypA. Adanya variasi basa-basa tersebut diduga terdapat adanya suatu mutasi. Total pasangan basa yang didapatkan dari hasil BLAST setiap perlakuan yaitu 167 bp, didapatkan nilai polimorfisme terendah pada perlakuan A (24 ppt) yaitu 8,4% sedangkan nilai polimorfisme tertinggi pada perlakuan K(+) yaitu 15%. Hasil pengamatan yang didapatkan pada perlakuan kontrol dimana diduga terinfeksi WFS terlihat udang berenang kurang aktif, hepatopankreas berwarna putih pucat, dan usus terlihat tidak utuh. Sedangkan pada udang yang diberi ekstrak tinta cumi-cumi baik pada perlakuan A (24 ppt), B (27 ppt), C (30 ppt) tidak terlihat gejala klinis seperti pada perlakuan kontrol (K+). Hasil dari pengamatan parameter kualitas air yang terdiri dari suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), nitrat, nitrit, amonia, TOM, dan alkalinitas menunjukkan hasil yang secara umum kurang baik akan tetapi masih dapat ditolerir oleh udang vaname. Untuk hasil kelulushidupan udang vaname tertinggi pada perlakuan B (27 ppt) 85,7% dan terendah pada perlakuan kontrol 40,7%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo sp.) tidak berpengaruh terhadap gen CypA udang vaname yang terinfeksi WFS yang diperlihara pada salinitas media yang berbeda.