Identifikasi Ekstrak Etanol Akar Pletekan (Ruellia Tuberosa L.) Mengguakan Spektrofotometer FTIR dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Amilase dan Lipase pada Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi MLD-STZ
Main Author: | Muzayyana, Zulfatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168912/ |
Daftar Isi:
- Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan kronis yang ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat yang disebabkan defisiensi insulin baik absolut maupun relatif. Defisiensi insulin absolut ditemukan pada penderita DM tipe 1 yang disebabkkan kerusakan sel β pankreas. Kerusakan ini menyebabkan produksi insulin berkurang, yang mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol akar pletekan Ruellia tuberosa L. Terhadap aktivitas enzim amilase dan lipase pankreas tikus DM hasil MLD-STZ. Pada penelitian ini tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok normal (tanpa induksi MLD- STZ), kelompok positif (diinduksi MLD-STZ) dan kelompok terapi yang diinduksi MLD-STZ dan di terapi dengan ekstrak etanol akar pletekan dengan dosis 250 mg/Kg BB, 375 mg/Kg BB dan 500 mg/Kg BB diberikan secara oral selama 21 hari. Tikus DM dibuat dengan induksi MLD-STZ secara injeksi IP pada dosis 20 mg/kg BB selama 5 hari. Pengujian aktivitas enzim amilase menggunakan spektrofotomer UV-Vis sedangkan aktivitas enzim lipase dilakukan dengan metode titrasi alkalimetri. Ekstrak etanol akar pletekan diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada hasil ekstrak etanol akar pletekan Ruellia tuberosa L. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etnol akar pletekan dengan dosis efektif 250 mg/kg BB dapat menurunkan aktivitas amilase sebesar 204.62% dan meningkatkan aktivitas lipase sebesar 10.900 % pada kelompok tikus DM. Hasil spektra IR dari ekstrak etanol akar pletekan menunjukkan adanya metabolit sekunder berupa fitosterol.