Uji Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Dan Tapak Liman (Elephantopus Scaber) Terhadap Histologi Ginjal Dan Hepar Mencit Bunting Terinfeksi E. Coli
Main Author: | Diana, Meyla Restia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168453/1/MEYLA%20RESTIA%20DIANA.pdf http://repository.ub.ac.id/168453/ |
Daftar Isi:
- Kondisi hamil mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan fisiologis dan hormonal sehingga lebih rentan terinfeksi bakteri yang dapat diminimalkan dengan konsumsi herbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol daun katuk (S. androgynus) dan tapak liman (E. scaber) terhadap histologi ginjal dan hepar mencit bunting terinfeksi E. coli. Hewan coba dibagi delapan perlakuan yaitu kontrol sehat (K-), kontrol sakit (K+), P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 (perlakuan kombinasi ekstrak tanpa infeksi). Mencit bunting diberi ekstrak secara oral pada kebuntingan hari ke-1 sampai hari ke-4. Hari ke-5 kebuntingan mencit diinfeksi E. coli 107 CFU/ml secara intraperitoneal. Setelah infeksi dilanjutkan pemberian ekstrak hingga hari pembedahan yaitu hari ke-8 dan ke-16 kebuntingan. Organ ginjal dan hati diisolasi dan dibuat preparat parafin dengan pewarnaan HE (Hematoxylin-Eosin). Selanjutnya sel nekrosis dihitung dan dianalisa menggunakan two way ANOVA dengan selang kepercayaan 95 % kemudian dilanjutkan Tukey test. Hasil nilai nekrosis masing-masing perlakuan kombinasi ekstrak dibandingkan dengan K+ mengalami penurunan yang berbeda nyata. Sedangkan nilai nekrosis P6 dibandingkan dengan K- mengalami peningkatan yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pemberian kombinasi ekstrak pada keadaan normal dapat meningkatkan nekrosis namun dalam keadaan terinfeksi dapat menurunkan nekrosis. Bunting hari ke-8 nekrosis ginjal terendah P1 (23,00%) sedangkan nekrosis hepar terendah P5 (20,60%). Bunting hari ke-16 nekrosis ginjal terendah P2 (28,73%) sedangkan nekrosis hepar terendah P5 (33,40%). Berdasarkan hasil tersebut dosis P1 dan P5 merupakan dosis yang paling aman untuk dikonsumsi.