Pengaruh Konsentrasi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Saga Pohon (Adenanthera Pavonina L.)

Main Author: Putra, Alfian Asrori Yahya
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/168307/1/Alfian%20Asrori%20Yahya%20Putra.pdf
http://repository.ub.ac.id/168307/
Daftar Isi:
  • Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan tanaman serbaguna, semua bagian tanaman bermanfaat mulai dari biji, kayu, dan daunnya. Saga pohon termasuk jenis leguminosa pohon yang merupakan alternatif pilihan sebagai pakan ternak ruminansia.. Saga pohon dikenal sebagai tanaman yang tahan kering dan dapat tumbuh pada keadaan lahan kritis dan miskin unsur hara. Pada saat fase pertumbuhan, air menjadi faktor yang sangat penting pada tanaman karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhannya, termasuk pada tanaman saga pohon. Pada umumnya air yang dibutuhkan oleh setiap jenis tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang tidak tahan kering seperti tanaman janti (Sesbania sesban), sebaliknya ada juga tanaman yang dapat tumbuh pada lahan kering seperti tanaman sentro (Centrosema pubescens). Data yang mengemukakan mengenai kebutuhan air pada tanaman leguminosa khususnya saga pohon belum ada, padahal dengan mengetahui kebutuhan air selain untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal, juga akan dapat mengoptimalkan efisiensi penggunaan air dikarenakan dengan besarnya luas lahan kering di Indonesia dan jumlah air yang juga semakin berkurang, nantinya akan sangat berdampak pada penggunaan air. Diharapkan penelitian ini diperoleh informasi mengenai kebutuhan air pada tanaman saga pohon melalui pengaruh konsentrasi pemberian air terhadap pertumbuhan bibit saga pohon. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Laboratorium Lapang Sumbersekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya mulai bulan Februari 2018 sampai dengan April 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai macam konsentrasi pemberian air terhadap pertumbuhan bibit saga pohon serta mengetahui titik layu permanen dan tingkat mortalitas tanaman akibat perlakuan selama masa pertumbuhan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih saga pohon yang diperoleh dari Sumenep, Madura, Jawa Timur. Jumlah benih yang diteliti sebanyak 160 benih. Benih ditanam dalam poly bag sampai menjadi bibit umur 4 minggu lalu disirami sesuai dengan perlakuan dengan 4 perlakuan yaitu pemberian air (P1=A100% kapasitas lapang, P2=A80% kapasitas lapang, P3=A60% kapasitas lapang, dan P4=A40% kapasitas lapang), dengan 4 ulangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap Tersarang (Nested Design) yaitu umur pengamatan tersarang pada perlakuan pemberian air. Estimasi laju kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang menggunakan analisis regresi linear dan untuk laju kecepatan pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang menggunakan analisis regresi non linear (eksponential) dan selanjutnya akan dianalisis dengan metode analisis of varians (ANOVA), apabila hasil pengujian terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan mengunakan Uji Jarak Nyata Duncan. Variabel penelitian meliputi, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, diameter batang serta titik layu permanen dan mortalitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pengamatan yang tersarang pada perlakuan konsentrasi pemberian air berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang serta diameter batang. Rataan tinggi tanaman (cm) sampai minggu ke 12 pada masing-masing perlakuan menghasilkan tinggi tanaman yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa dengan hanya pemberian air 40% kapasitas lapang, tanaman saga pohon masih dapat bertambah tinggi seperti pada pemberian air 100% kapasitas lapang. Rataan pertambahan jumlah daun tanaman tertinggi didapatkan pada perlakuan P2(A80% KL) sebesar 15,619±1,51 daun dan P1(A100% KL) sebesar 15,414±3,44 daun dan menurun 28,09% pada perlakuan P3(A60% KL) yaitu 11,219±2,33 daun dan mengalami penurunan paling signifikan sebesar 47% pada perlakuan P4(A40% KL) dengan rataan pertambahan jumlah daun terendah yaitu 8,144±1,11 daun sampai umur tanam 12 minggu. Hal ini menunjukkan air merupakan komponen utama yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan termasuk pada pertumbuhan jumlah daun. Rataan pertambahan jumlah cabang memberikan pengaruh yang nyata mulai didapatkan pada umur pengamatan minggu ke 9-12 pada perlakuan P1(A100% KL) namun tidak berbeda dengan perlakuan P2(A80% KL). Hal ini mengindikasikan bahwa pada tanaman saga pohon pertambahan jumlah daun selaras dengan pertambahan jumlah cabang. Rataan diameter batang (mm) tanaman tertinggi didapatkan pada perlakuan P1(A100% KL) sebesar 2,172±0,172 mm, tetapi secara statistik tidak berbeda dengan perlakuan P2 (A80% KL) sebesar 2,096±0,111 mm, hal ini dikarenakan pada perlakuan P1(A100% KL) merupakan keadaan optimal tanah dapat menyimpan air yang juga akan dimanfaatkan atau diserap oleh tanaman secara maksimal dan masih bisa diturunkan pada keadaan 80% kapasitas lapang. Tingkat mortalitas pada tanaman saga pohon sebesar 0% dari total awal bibit keseluruhan yang ditanam dan didapatkan kadar air tanah pada saat titik layu permanen adalah 34% serta kemampuan tanaman dalam bertahan hidup yaitu pada kondisi titik layu sementara, didapatkan pada hari ke 6 setelah pemberian air 100% kapasitas lapang dan pada kondisi titik layu permanen didapatkan 3 hari setelah titik layu sementara atau pada hari ke 9 setelah pemberian air 100% kapasitas lapang. Kesimpulan penelitian diperoleh bahwa pada tanaman saga pohon untuk variabel tinggi tanaman masih dapat tumbuh tinggi seperti pada pemberian air 100% kapasitas lapang, dengan hanya pemberian air 40% kapasitas lapang sampai dengan umur tanam 12 minggu. Dengan pemberian air 60ml (40% KL) masih memberikan pengaruh yang sama dengan pemberian air 150ml (100% KL) untuk pertambahan jumlah daun dan jumlah cabang sampai umur 8 minggu masa tanam, pada minggu selanjutnya diperlukan penambahan air secara bertahap atau sebanyak ±20% untuk mendapatkan pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang secara maksimal.