Pengaruh Perlindungan Protein Bungkil Kedelai Menggunakan Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) Sebagai Sumber Tanin terhadap Kecernaan dan Konsentrasi NH3 secara In Vitro
Main Author: | Ayu, Monica Lucining |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168285/ |
Daftar Isi:
- Pakan merupakan syarat utama bagi keberlangsungan hidup dan berproduksi dari seekor ternak. Pakan yang berkualitas dan memiliki kandungan protein yang tinggi belum tentu efisien penggunaannya karena pada ternak ruminansia pakan akan melalui proses pencernaan yang cukup panjang, salah satunya yaitu pada rumen. Rumen mengandung berjuta mikroba yang dapat memfermentasikan protein dalam pakan menjadi asam-asam amino dan amonia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyebabkan sedikitnyaatau bahkan tidak ada protein yang dapat lepas menuju abomasum serta usus halus, sehingga perlu dilakukan perlindungan terhadap pakan agar dapat meningkatkan protein yang lolos (by pass) dari fermentasi mikroba rumen. Perlindungan tersebut dapat dilakukan dengan penambahan tanin dalam pakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlindungan protein bungkil kedelai menggunakan ekstrak daun nangka sebagai sumber tanin terhadap kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) serta konsentrasi NH3 yang dihasilkan secara in vitro. Penambahan ekstrak tanin daun nangka dalam bungkil kedelai diharapkan mampu meningkatkan kualitas nutrisi pakan yang diterima ternak sehingga mampu memperbaiki efisiensi penggunaan pakan dan meningkatkan produktifitas ternak itu sendiri. Materi penelitian adalah bungkil kedelai, daun nangka tua serta cairan rumen, sedangkanalat yang digunakan untuk analisa proksimat, degradabilitas dan konsentrasi NH3 meliputi mesin penggiling, maserator, syringe, piston, waterbath, tabung fermentor, timbangan analitik, timbangan ohaus, centrifuge, pipet ukur dan cawan porselen, cawan conway, erlenmeyer, labu kjeldhal, selongsong S, tabung destilasi, beaker glass, centrifuge tube, kertas whatman, eksikator, alat titrasi, oven, tanur, klip penjepit serta kertas label. Pengambilan cairan rumen menggunakan spet yang ujungnya telah diganti dengan selang bening, pipa dan termos vacum.Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian secara in vitro, sedangkan analisis data menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, apabila terdapat perbedaan pada perlakuan maka dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) mengalami penurunan dengan nilai terendah pada P3 dimana mengandung level tanin tertinggi sebanyak 4,5%. Nilai kecernaan bahan kering (KcBK) terendah yaitu 58.16±3.39% diikuti oleh P2, P1 dan P0 yaitu 59.78±3.01%; 61.27±2.13% dan 63.46±1.19%, sedangkan untuk nilai kecernaan bahan organik (KcBO) terendah yaitu 70.47±3.30% diikuti oleh P2, P1 dan P0 yaitu 71.82±2.77%; 72.88±1.83% dan 77.62±1.90%. Nilai untuk konsentrasi NH3 tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) pada setiap perlakuannya. Perlakuan konsentrasi NH3 terendah pada P2 yaitu 19.05±2.18 mM diikuti oleh P1, P0 dan P3 yaitu 19.17±3.40 mM; 19.50±2.53 mM dan 20.26±1.81 mM. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi penambahan ekstrak daun nangka pada bungkil kedelai dapat menurunkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik, tetapi tidak menyebabkan perubahan terhadap konsentrasi NH3. Perlakuan terbaik terdapat pada penambahan ekstrak daun nangka dengan level 3% yang dapat menurunkan kecernaan bahan kering (KcBK) dari 63,46% menjadi 59,78%, menurunkan kecernaan bahan organik (KcBO) dari 77,62% menjadi 71,82%, serta dapat menurunkan konsentrasi NH3 dari 19,50 mM menjadi 19,05 mM.. Saran untuk penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengubah level ekstrak daun nangka yang digunakan untuk mengetahui level ekstrak daun nangka terbaik yang dapat digunakan dalam memproteksi protein bungkil kedelai.