Pengaruh Perlindungan Protein Bungkil Kedelai dengan Menggunakan Ekstrak Tanin Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Kecernaan dan Produksi Amonia Secara In vitro
Main Author: | Pribadi, Sukma Toto |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168137/ |
Daftar Isi:
- Bungkil kedelai merupakan salah satu penyusun konsentrat dan sebagai sumber protein tinggi, kandungan protein bungkil kedelai dapat mencapai sekitar 44,15%. Protein bungkil kedelai sangat mudah terdegradasi oleh mikroba didalam rumen sehingga banyak protein terbuang didalam rumen. Tingkat degradasi protein bungkil kedelai dalam rumen relatif tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain, yaitu dapat mencapai 75% (Uhi, 2006). Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan bypass protein dari bungkil kedelai, salah satunya adalah dengan penambahan tanin pada bahan pakan bersumber protein tinggi. Daun jambu biji merupakan salah satu sumber tanin, kandungan tanin daun jambu biji dapat mencapai 9-12% (Fratiwi, 2015). Dengan penambahan daun jambu biji sebagai sumber tanin pada bungkil kedelai diharapkan dapat menurunkan nilai kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), dan produksi amonia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Januari 2018 di Labolatorium Nutrisi dan Pakan Ternak Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji pada bungkil kedelai untuk meningkatkan bypass protein pada bungkil kedelai secara In vitro dan meghitung nilai kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), dan produksi amonia Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bungkil kedelai yang dicampurkan daun jambu biji (Psidium guajava L) yang telah di ekstrak. Metode yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakukan dan 3 kelompok. Adapun perlakukan dalam penelitian ini adalah P0 (bungkil kedelai + 0% ekstrak tanin), P1 (bungkil kedelai + 0,75% ekstrak tanin), P2 (bungkil kedelai + 1,25% ekstrak tanin) dan P3 (bungkil kedelai + 2,25% ekstrak tanin). Variabel yang diamati nilai kecernaan bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), dan produksi amonia. Data hasil penelitian dianalisa dengan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) jika menunjukan perbedaan yang nyata atau sangat nyata. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penambahan ekstrak tanin daun jambu biji sebagai proteksi protein bungkil kedelai memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai kecernaan bahan kering (KcBK) dan pada nilai kecernaan bahan organik memberikan pengaruh nyata (P<0,05). Nilai kecernaan bahan kering (KcBK) P0 sebesar 73,15%; P1 sebesar 65,59%; P2 sebesar 63,97%; dan pada P3 sebesar 63,29%. Untuk nilai kecernaan bahan organik (KcBO) P0 sebesar 71,86%; P1 sebesar 68,67%; P2 sebesar 65,67%; dan pada P3 sebesar 64,13%. Sedangkan untuk produksi amonia pada perlakuan yang telah dilakukan didapatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada penelitian ini didapatkan produksi amonia pada P0 sebesar 19,70 mM; P1 sebesar 19,90 mM; P2 sebesar 18,95 mM; dan P3 sebesar 18,37 mM. Dari data yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya pemberian ekstrak tanin daun jambu biji ke dalam bungkil kedelai maka semakin banyak pula menurunkan nilai kecernaan bahan kering (KcBK), nilai kecernaan bahan organi (KcBO), dan produksi amonia. Nilai kecernaan bahan kering (KcBK), nilai kecernaan bahan organik (KcBO), dan produksi amonia perlakuan (P1, P2,dan P3) cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kontrol (P0). Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pencampuran bungkil kedelai dengan ditambah ekstrak tanin daun jambu biji dengan level 0,75%; 1,25%; dan 2,25% yang telah dilakukan pada penelitian ini telah berhasil melindungi protein dari degradasi mikroba rumen.