Pengaruh Lama Simpan Terhadap Kualitas Telur Kitosan Edible Coating
Main Author: | Noviana, Anna |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168107/1/Anna%20Noviana.pdf http://repository.ub.ac.id/168107/ |
Daftar Isi:
- Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber protein serta kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah dan terjangkau untuk semua kalangan. Namun kualitas telur ayam ras menurun seiring dengan masa simpan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh mikroba perusak, lingkungan, dan penguapan. Edible coating adalah metode yang efektif untuk menjaga kualitas fungsional maupun fisik dari telur. Edible coating adalah pengemasan yang digunakan sebagai pelapis (coating) makanan. Kitosan berasal dari udang memiliki sifat antibakteri yang kuat. Sifat ini dapat menghambat masuknya mikroorganisme, sehingga dapat menjaga kualitas telur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas telur edible coating kitosan udang windu (Penaeus monodon) 5% terhadap penyimpanan telur ditinjau dari penurunan berat, indeks, pH, dan daya viii buih telur. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan informasi tentang bahan ang dapat digunakan sebagai pengawet telur edible coating kitosan terhadap lama simpan telur. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2017 - Februari 2018 di Laboratorium Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya dan di Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi penelitian adalah telur ayam ras yang diperoleh dari peternakan ayam petelur di Kediri. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode percobaan laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam lama penyimpanan yaitu lama simpan telur pada 0 hari (P0); 7 hari (P1); 14 hari (P2); 21hari (P3) dan 28 hari (P4). Variabel yang diamati yaitu penurunan berat, pH, daya buih, dan protein. Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis ragam (ANOVA) dan apabila terdapat hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil rata-rata pengujian penurunan berat telur sebesar P1 (1,87 ± 0,12); P2 (3,07 ±0,12); P3 (4,33 ± 1,44) dan P4 (6,33 ± 2,31). Hasil rata-rata pengujian indeks telur sebesar P0 (0,71 ± 0,3429); P1 (0,72 ± 0,2573); P2 (0,73 ± 0,5896); P3 (0,73 ± 1,9856) dan P4 (0,74 ± 0,7114). Hasil rata-rata pengujian pH sebesar P0 (7,3 ± 0,608); P1 (7,3 ± 0,100); P2 (7,4 ± 0,115); P3 (7,5 ± 0,208) dan P4 (7,8 ± 0,435). Hasil rata-rata pengujian daya buih telur dari P0 (461,46 ± 16,07551); P1 (426,23 ± 18,43975); P2 (411,42 ± 18,50461); P3 (406,83 ± 45,35121) dan P4 (392,98 ± 22,40827). Hasil penelitian ix menunjukkan bahwa edible coating kitosan pada telur disuhu ruang memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap penurunan berat telur, tetapi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap indeks bentuk telur, pH dan daya buih. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa edible coat kitosan 5% dapat digunakan sebagai edible coating. Pelapis ini mampu mempertahankan kualitas telur selama 7 hari dengan kualitas seperti telur segar. Saran dari penelitian ini sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji mikrobiologi pada telur pada waktu penyimpanan yang berbeda.