Respon Birahi Kambing Senduro Yang Disinkronisasi Menggunakan Prostaglandin F2α (PGF2α) Pada Tingkatan Kelompok Umur Yang Berbeda
Main Author: | Aziz, Novi Aisyah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168082/ |
Daftar Isi:
- Salah satu komoditas ternak ruminansia kecil yang dimiliki masyarakat Indonesia adalah peternakan kambing. Kambing Senduro merupakan kambing persilangan dari kambing Etawah dengan kambing lokal Senduro banyak dikembangkan di Kabupaten Lumajang. Salah satu permasalahan selama ini adalah kurangnya pengetahuan peternak tentang deteksi birahi kambing Senduro, sehingga mengakibatkan kerugian bagi peternak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon birahi kambing Senduroyang berbeda tingkatan umursetelah dilakukan sinkronisasi dengan hormon Prostaglandin F2α (PGF2α).Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasibagi peternak umum, dalam respon birahi kambing Senduro sehingga dapat mempermudah proses inseminasi buatan menjadi efsisien dan tepat waktu yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan pada kambing Senduro. Penelitian dilaksanakan di Desa Sari Kemuning dan Desa Senduro Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang selama kurang lebih dua bulan yaitu pada 2 Februari –29 Maret 2018. Materi yang digunakan adalah kambing betina Senduro milik warga yang disinkronisasi menggunakan hormon PGF2α (Capriglandin dan Lutalyse) sebanyak 39 ekor. Masing-masing dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama (K1) kambing yang belum pernah melahirkan atau kambing dara sebanyak 14 ekor dengan 8 ekor menggunakan Capriglandin dan 6 ekor menggunakan Lutalyse, kelompok kedua (K2) kambing yang sudah pernah melahirkan satu kali sebanyak 13 ekor dengan 9 ekor menggunakan Capriglandin dan 4 ekor menggunakan Lutalyse, untuk yang terakhir adalah kelompok ketiga (K3) kambing yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali sebanyak 12 ekor dengan 6 ekor menggunakan Capriglandin dan 6 ekor menggunakan Lutalyse. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah respon birahi, lama birahi kambing, intensitas estrus, kualitas estrus seperti sekresi lendir vulva, bentuk vulva, warna vulva dan tingkah laku ternak ketika birahi, ditabulasi dalam Microsoft Excel dan dianalisis, dihitung rata-rata, standar deviasi dan dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon birahi terhadap kambing Senduro yang disinkronisasi sangat baik. Persentase terbesar terdapat pada K2 sebanyak 84,62%. Penggunaan hormon PGF2α Capriglandin menunjukkan hasil respon birahi lebih baik dengan persentase 82,87% daripada hormon PGF2α Lutalyse. Hal ini ditandai dengan kemunculan birahi tercepat pada K3 sekitar 1,67±1,21 hari diikuti dengan lama birahi paling lama terdapat pada K1 sekitar 6,63±3,70 hari. Intensitas tertinggi terdapat pada kelompok kambing yang sudah pernah beranak lebih dari satu kali (K3) dengan persentase 63,64%. Hasil tertinggi kualitas estrus tedapat pada K3 dengan rata-rata merah 2,42±0,67; bengkak 2,58±0,79 dan lendir 1,92±1,00 sedangkan tingkah laku birahi yang jelas seperti ternak terlihat gelisah dengan sering mengembik, menggosok-gosok badannya pada dinding, kaki depannya dihentak-hentakkan, serta kelihatan ternak mengibas-ngibaskan ekornya sambil melihat ke arah pejantan yang bersebelahan kandang dengan ternak betina diperlihatkan pada ternak K2 dengan rata-rata 2,69±0,75. Disimpulkan bahwa sinkronisasi dengan PGF2α secara intravulva pada ternak yang berbeda umur dapat mempercepat kemunculan birahi dan memperpanjang birahi kambing Senduro. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sinkrosisasi PGF2α secara intravulva dengan dosis yang berbeda-beda.