Struktur Populasi dan Karakteristik Kualitatif Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Malang
Main Author: | Syahputra, Rescha |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/168061/ |
Daftar Isi:
- Kerbau begitu lekat dengan kehidupan rakyat Indonesia sebagai tenaga pengolah tanah pertanian, penghasil daging dan susu. Seiring berjalannya waktu, kerbau lumpur (Bubalus bubalis) terus mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur populasi kerbau lumpur (Bubalus bubalis), karakteristik kualitatif kerbau lumpur (Bubalus bubalis) dan tingkat similaritas. Penelitian ini dimulai pada tanggal 12 Juni hingga 12 Agustus 2017 di Kabupaten Malang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lumpur (Bubalus bubalis) sebanyak 321 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penentuan lokasi menggunakan purposive sampling. Pemilihan responden (peternak) dengan cara snow ball dan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Yamane. Data sekunder populasi kerbau per kecamatan tahun 2017 diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Malang. Total sampel yang diperoleh adalah 321 ekor kerbau yang terdiri dari 93 ekor jantan dan 228 ekor betina. Persentase kerbau antara jantan dan betina pada semua kelompok umur dalam sampel populasi tersebut adalah 28,97% dan 71,03%. Kerbau jantan muda memiliki persentase 20,56% dan kerbau jantan dewasa 8,41% dengan selisih 12,15%. Jumlah ternak muda yang baik untuk replacement stock adalah 10%. Persentase kerbau betina muda lebih rendah dibandingkan dengan kerbau dewasa, yaitu 27,73% dan 43,30% dengan selisih 15,57%. Rasio antara jantan dan betina muda adalah 1:1,35. Sementara itu, sampel populasi kerbau dewasa menunjukkan hasil yang berbeda denga rasio jantan dan betina 1:5. Rasio antara pejantan dan betina dewasa harus mendapat perhatian lebih, mengingat keseimbangan struktur populasi berperan terhadap pertumbuhan populasi di suatu daerah. Kerbau jantan yang mutasi masuk adalah 9,66% dan mutasi keluar 9,35% dengan selisih 0,37%. Sementara itu, sampel populasi kerbau betina yang mutasi masuk 10,90% dan mutasi keluar 12,15% dengan selisih 1,25%. Proporsi tertinggi kerbau lumpur (Bubalus bubalis) betina pada rekaan struktur populasi ditempati oleh kelompok umur >93 bulan sebesar 8,71%, posisi kedua ditempati kelompok umur 57-75 bulan 7,48%, posisi ketiga ditempati kelompok umur 39-57 bulan 6,23% dan posisi terakhir ditempati kelompok umur 75-93 bulan 2,18%. Mayoritas kerbau lumpur di lokasi penelitian adalah berwarna hitam (92,21%), kecoklatan (4,05%), putih keabuabuan (3,21%) dan putih (0,62%). Warna bibir didominasi warna hitam (95,64%) dan putih (4,36%). Warna kaki bawah hitam/abu-abu (92,83%) dan putih (7,17%). Rambut ekor hitam (88,79%0 dan putih (11,21%). Bentuk tanduk meruncing (58,57%), ke arah belakang (37,69%) dan tidak memiliki tanduk (3,74%). Warna menyimpang yang diidentifikasi sebagai albino ditemukan dalam jumlah kecil (0,62%). Chevron ganda (88,79%), tunggal (11,21%). Bentuk teracak pendek/bulat (85,67%) dan memanjang (14,33%). Pohon dendogram kerbau jantan dan betina terbagi menjadi dua cluster, yaitu A dan B dimana cluster B terbagi menjadi dua, yakni B1 dan B2. Cluster A kerbau jantan terdiri dari Kecamatan Sumberpucung dan Singosari, sedangkan cluster B1 terdiri dari Pakis dan B2 terdiri dari Sumbermanjing, Dampit dan Ampelgading. Cluster A1 dihuni oleh Kecamatan Sumberpucung dan Singosari sedangkan A2 dihuni oleh Kecamatan Tajinan, Dampit, Sumbermanjing dan Ampelgading. Cluster B dihuni oleh Kecamatan Pakis yang memiliki jarak similaritas paling jauh diantara yang lain. Populasi kerbau jantan di Kecamatan Ampelgading memiliki jarak similaritas yang dekat dengan kerbau referensi. Populasi kerbau betina di Kecamatan Tajinan, Dampit, Sumbermanjing dan Ampelgading memiliki jarak similaritas yang paling dekat dengan kerbau referensi. Secara umum struktur populasi kerbau lumpur (Bubalus bubalis) di lokasi penelitian tidak seimbang antara jantan dan betina. Karakteristik kualitatif tidak terdapat yang menyimpang. Tingkat similaritas kerbau lumpur (Swamp buffalo) pada populasi betina lebih tinggi dibandingkan pada populasi jantan. populasi kerbau jantan dan betina di Kecamatan Ampelgading memiliki ciri-ciri karakteristik kualitatif paling sesuai dengan SNI 7706.1:2011 jika dilihat dari tingkat similaritas.