Minyak Biji Kelor (Moringa oleifera) Untuk Luka Insisi Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) dilihat dari Jumlah sel radang dan Ekspresi Interleukin-1

Main Author: Sitorus, Windy Tika Putri Sari
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/167976/
Daftar Isi:
  • Luka insisi adalah salah satu luka terbuka dimana terjadi rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses eskternal oleh instrument tajam dan menimbulkan inflamasi akut dan menyebabkan jumlah sel radang dan ekspresi sitokin proinflamasi IL-1 mengalami kenaikan. Minyak biji kelor (Moringa olifera) mengandung bahan aktif flavanoid berpotensi sebagai antiinflamasi sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan lebih cepat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak biji kelor (Moringa olifera) terhadap jumlah sel radang dan ekspresi IL-1 pada area luka. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental, digunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar 200 gr. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif (KN) tanpa perlakuan, kelompok kontrol positif (KP) diinsisi tanpa terapi, kelompok P1 diinsisi dan diterapi minyak biji kelor 50%, P2 diinsisi dan diterapi minyak biji kelor 75%, P3 diinsisi dan diterapi minyak biji kelor 100%. Pemberian terapi dilakukan dua kali sehari secara topikal sebanyak 50 μL selama 7 hari. Parameter sel radang diamati menggunakan pewarnaan HE (Hematoxyline eosin) dan IL-1 menggunakan IHK (imunohistokimia). Data kuantitatif dianalisa statistik one-way ANOVA diuji lanjutan Tukey α= 0,05. Hasil penelitian menunjukan kelompok terapi P1, P2, P3 menurunkan jumlah sel radang dan ekspresi IL-1. Pada perhitungan jumlah sel radang menunjukan hasil KN (4,00 ± 1,25), KP (38.25 ± 1,70), P1 (21,50 ± 1,29), P2 (10,75 ± 0,95), P3 (16,75 ± 0,95) sel sedangkan ekspresi IL-1 menunjukkan presentase KN (05,00 ± 0,81), KP (25,25 ± 01,70), P1 (21,50 ± 1,29), P2 (10,75 ± 0,95), P3 (16,75 ± 0,95). Kesimpulan penelitian ini adalah kelompok terapi P2 memiliki efek terapi yang paling baik untuk terapi luka insisi dengan menurunkan jumlah sel radang dan presentasi ekspresi IL-1.