Pengaruh Rekayasa Fasad Terhadap Temperatur Ruang Kuliah Gedung Pasca Sarjana Universitas Islam Malang
Main Author: | Wisambudi, Radin Andhy Dharma |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/167407/1/Radin%20Andhy%20Dharma%20Wisambudi%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/167407/ |
Daftar Isi:
- Urban heat island adalah sebuah wilayah metropolitan yang lebih hangat dibanding wilayah pedesaan sekitarnya. Penyebab utama UHI yakni modifikasi permukaan tanah melalui pengembangan kota yang menggunakan material yang menyimpan panas. Kota Malang sebagi tujuan pendidikan menjadikan pertumbuhan pembangunan dan perkonomian kawasan Universitas Islam Malang (UNISMA) berkembang dengan sangat pesat dan menyebabkan fenomena UHI sehingga suhu udara meningkat dan juga mempengaruhi suhu udara Gedung Pascasarjana UNISMA. Material pelingkup fasad berupa curtain wall dengan rasio penuh dengan orientasi bangunan memanjang ke barat daya dan timur laut yang kurang sesuai pada bangunan tropis dan turut memperbesar radiasi matahari yang diterima selubung bangunan yang diteruskan ke ruang dalam sehingga ruang dalam bangunan semakin panas. AC Central digunakan sebagai solusi permasalahan termal pada gedung kuliah, namun memiliki kelemahan yaitu banyaknya energi yang terbuang pada saat jam efektif perkuliahan karena pada ruang tak terpakai. Diperlukan pengoptimalan pendinginan pasif untuk membuat ruang kuliah nyaman tanpa menggunakan AC dengan cara modifikasi fasad bangunan. Tujuan penelitian ini yaitu mengevaluasi penggunaan fasad kaca terhadap temperatur ruang kuliah pada Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang. Untuk itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan eksperimental. Kemudian, untuk menghasilkan rancangan rekomendasi, dilakukan analisis dan sintesis dengan metode quasi eksperimental dengan menggunakan simulasi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah temperatur udara kering, kelembaban udara, serta kecepatan angin. Temperatur udara merupakan variabel utama dalam penelitian ini, sebagai landasan penilaian indeks kenyamanan termal ruang kuliah pada objek penelitian. Selain itu, sebagai data tambahan, diukur juga kelembaban udara dan kecepatan angin sebagai variabel pendukung dalam kenyamanan termal. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan alat ukur hotwire dan vane probe anemometer digital serta termometer basah-kering. Pengukuran dilakukan pada 29 April 2018, pada jam efektif perkuliahan yaitu jam 08.00 hingga 16.00 dengan titik ukur ditengah ruang sampel dan diluar bukaan. Observasi diawali dengan mengukur dimensi ruang sampel untuk keperluan permodelan 3D, kemudian dilakukan identifikasi material setiap elemen bangunan serta observasi pengaruh lingkungan. Setelah itu pengukuran variabel penellitian berupa temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin pada ruang kuliah dan ruang luar bangunan pada titik pengukuran dan menggunakan instrumen yang telah ditentukan. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa kondisi eksisting temperatur yaitu kisaran 27.5 oC hingga 28 oC, kelembaban relatif cenderung tinggi yakni 85% pada lantai 4 dan 92% pada lantai 5, sedangkan kecepatan angin berada pada kecepatan 0.1 hingga 0.2 m/s. Kondisi tersebut merupakan dampak dari paparan sinar matahari dari orientasi barat laut – timur laut, penggunaan fasad curtain wall dengan rasio penuh serta sistem ventilasi yang tidak sesuai standar juga memperburuk kinerja termal ruang kuliah. Dari hasil tersebut, menunjukan bahawa keempat ruang kuliah Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang berada pada kondisi yang tidak sesuai dengan standar zona kenyamanan menurut SNI 03-6572-2001. Dari serangkaian penelitian dengan 8 tipe kombinasi rekayasa fasad, didapatkan hasil akhir bahwa rekayasa dapat membuat ruang kuliah sesuai terhadap SNI 03-6572-2001. Rekayasa ventilasi alami yang dilakukan dapat menghasilkan penurunan temperatur cukup signifikan yaitu 0.4oC hingga 3.4oC dan kecepatan angin hingga 1m/s sudah dapat mengkompensasi hal tersebut. Hal ini memang cukup sulit dilakukan pada desain bangunan yang menghadap kearah matahari, dimana fasad akan selalu terpapar oleh sinar matahari ketika pagi dan sore. Penerapan pendinginan alami yang cocok pada bangunan yakni double skin façade (DSF) dan rekayasa ventilasi pada bangunan.