Analisis Gambar Anak – Anak Tunarungu Di Tklb-B Yptb Malang Berdasarkan Periodisasi Perkembangan Gambar Anak Viktor Lowenfeld
| Main Author: | Pramanasari, Laksita |
|---|---|
| Format: | Thesis NonPeerReviewed |
| Terbitan: |
, 2018
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/166453/ |
Daftar Isi:
- Kreativitas khususnya dalam dunia gambar anak mengalami perkembangan sesuai dengan usianya. Namun, berbeda dengan perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya tunarungu yang memiliki keterbatasan baik secara internal maupun eksternal. Hal itu yang menyebabkan problem tersendiri untuk perkembangan kreativitas gambar anak usia TK. Anak usia TK berdasarkan teori Viktor Lowenfeld termasuk ke dalam periodisasi pra bagan dan bagan. Preschematic stages/pra bagan (4-7 tahun), 3) schematic stage/bagan (7-9 tahun), 4) the gang age/permulaan realisme (9-11 tahun). Data primer dalam penelitian ini berbentuk hasil gambar anak-anak tunarungu TKLB-B YPTB melalui perkembangan gambar anak kelas B dan C umur 8 dan 9 tahun berjumlah 9 anak. Setelah itu, data sekunder penelitian diperoleh melalui jurnal dan buku yang membahas seni rupa, gambar anak-anak dari media cetak, dan perkembangan gambar anak. Penelitian ini menggunakan tahapan analisis data dimulai dari (1) deskripsi gambar, (2) analisis unsur seni rupa, dan terakhir (3) persepsi teori Victor Lowenfeld. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur – unsur seni rupa adalah garis ada enam (melengkung, lurus, horizontal dan vertikal, bergelombang, melingkar), raut ada dua bidang (geometri dan gabungan), warna ada dua (primer dan skunder) dan ruang, Karakteristik gambar anak yang termasuk periodisasi pra-bagan berjumlah 4 gambar siswa sedangkan 5 gambar siswa masuk dalam periodisasi bagan. Karakteristik gambaran anak di TKLB-B YPTB Malang kelompok B dan C tidak sepenuhnya sesuai dengan periodisasi perkembangan gambaran anak Viktor Lowenfeld. Ketidaksesuaian perkembangan tersebut dapat dikarenakan keterbatasan yang dialami anak secara khusus tunarungu dan keterbatasan penguasaan bahasa isyarat oleh guru.