Perencanaan Kapasitas Produksi Bogie Dengan Metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) Di PT. Industri Kereta Api

Main Author: Abriani, Dea Prilia
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/1660/
Daftar Isi:
  • PT Industri Kereta Api (INKA) merupakan satu-satunya peruahaan di Indonesia yang memproduksi kereta api. Peningkatan pengguna transportasi kereta api dan gerbong mulai dirasakan oleh PT Industri Kereta Api (PT INKA). Menurut Manager Perencanaan Produksi PT INKA, permintaan tahun 2015 senilai 1,05 triliun, tahun 2016 meningkat menjadi 1,7 triliun, dan tahun 2017 meningkat hingga 2,1 triliun sedangkan target PT INKA nilai proyek yang dikerjakan pada tahun 2021 akan bernilai 3,5 triliun. Rencana pertumbuhan ini membuat PT INKA harus dapat meningkatkan kapasitasnya agar semua pesanan dapat terpenuhi dan tidak terkena sanksi penalty karena terlambat dalam proses pengiriman pesanan. Perhitungan diawali dengan melakukan pengukuran kerja menggunakan metode Stopwatch Time Study dan dilanjutkan menghitung kapasitas dengan ketiga metode RCCP yaitu CPOF, BOLA, dan RP. Perhitungan selisih antara kapasitas yang dibutuhkan dan kapasitas tersedia berdasarkan metode CPOF, BOL, dan RP, terdapat kekurangan kapasitas pada proses Bogie Frame Assy dan Spring Plank Bogie TB 1014 serta Bogie Frame Assy Bogie MB 207 dan TB 607. Total kekurangan kapasitas yang terjadi saat ini berdasarkan Tentative Schedule yang telah disusun yaitu sebesar 2.916.872,227 menit. Perbaikan yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kekurangan kapasitas tersebut yaitu penambahan mesin dan operator, revisi Tentative Schedule dan sub kontrak. Penambahan mesin dan operator disusun dalam tiga alternatif mengingat harga mesin yang cukup mahal. Alternatif pertama penambahan mesin dilakukan pada semua elemen kerja yang mengalami banyak kekurangan. Alternatif kedua dilakukan penambahan pada elemen kerja yang memiliki mesin dengan utilitas yang tinggi. Sedangkan alternatif ketiga penambahan mesin dilakukan pada elemen kerja yang mengalami kekurangan kapasitas kecuali elemen kerja yang menggunakan mesin yang sangat mahal tidak ditambahkan meskipun mengalami kekurangan kapasitas. Apabila penambahan mesin dan operator yang digunakan adalah strategi satu maka kekurangan kapasitas yang terjadi yaitu sebesar 861,663 menit dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 29.171.177.730. Jika strategi dua, kukurangan kapasitas yang terjadi sebesar 374.067,732 menit dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 27.728.835.240. Sedangkan jika strategi tiga yang digunakan maka kekurangan kapasitas yang terjadi yaitu sebesar 550.279,52 menit dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 2.270.584.290.