Studi Perbandingan Kualitas Bibit F1 Beberapa Jenis Jamur Tiram (Pleurotus Spp) Melalui Metode Persilangan Fusi Miselium Monokarion Dan Metode Pembibitan Spora
Main Author: | Wibowo, Tanggon Nur Cahyo |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/165296/1/Tanggon%20Nur%20Cahyo%20Wibowo.pdf http://repository.ub.ac.id/165296/ |
Daftar Isi:
- Jamur tiram atau disebut Pleurotus spp merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2015 produksi jamur tiram di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 mengalami penurunan yaitu dari 61.37 ton/mଶ menjadi 37.41 ton per mଶ. Padahal permintaaan akan jamur terus meningkat dari tahun ketahunnya. Permintaaan tidak hanya dari dalam negeri tetapi merambah hingga luar negeri (Rahmat et al., 2011). Oleh sebab itu penyediaan bibit jamur yang berkualitas adalah salah satu solusinya. Bibit jamur dapat dikatakan merupakan cikal bakal dan awal dalam berbudidaya jamur (Gunawan, 2005). Menurut Susilawati dan Budi (2010) jamur tiram memiliki banyak jenis diantaranya jamur putih, merah muda, abu-abu, kuning dan coklat. Untuk meningkatkan produksi melalui bibit yang unggul dilakukan dengan memanfaatkan keragaman morfologi. Keragaman morfologi lebih berpeluang mencapai keberhasilan apabila didukung oleh keragaman genetiknya untuk menghasilkan strain baru yang lebih unggul melalui persilangan (Achmad et al., 2011). Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian mempelajari tentang persilangan dari beberapa jenis jamur tiram. Persilangan yang digunakan yaitu metode fusi miselium monokarion yang diharapkan mampu menghasilkan sifat unggul yang dibawa dari jenis jamur tiram tersebut, dan menambah keragaman genetik. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penggunaan metode fusi miselium monokarion dapat digunakan untuk persilangan antar jamur tiram dan mempelajari apakah bibit hasil persilangan memiliki kualitas yang lebih baik dari bibit hasil pembiakan melalui spora. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei - Agustus 2018 bertempat di UPT Pengembangan Jamur Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan antara lain yaitu: botol, laminar air flow, cawan petri, jarum ose, tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, tisu, kapas, aluminium foil, spantula, pinset, bunsen, spidol, camera, mikroskop. Bahan yang digunakan yaitu jamur tiram putih strain florida, jamur tiram putih strain thailand, jamur tiram strain oystern, jamur tiram kuning, jamur tiram merah muda, alkohol 70%, alkohol 95%, aquades steril, kapas dan spiritus. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap persilangan, pembibitan dari spora dan tahap pembibitan dalam botol hasil dari persilangan dan spora. Tahap pertama, persilangan dilakukan secara biparental antar jenis jamur tiram sebanyak 9 kombinasi persilangan. Setiap kombinasi persilangan dilakukan sebanyak 10 ulangan dalam cawan petri. Hasil dari 9 kombinasi persilangan jika terdapat keberhasilan dalam persilangan akan dikembangkan dan dipindah ke dalam botol untuk ditumbuhkan sebagai bibit. Tahap kedua, yaitu pembibitan yang berasal dari spora tubuh buah jamur. Spora yang yang digunakan adalah spora yang diambil dari tubuh buah jamur yang memiliki tubuh buah besar dan segar. Spora yang diambil dari 5 jenis jamur ditumbuhkan pada media PDA sebanyak 5 ulangan dalam cawan petri. Selanjutnya spora yang telah tumbuh dan memenuhi cawan petri nantinya akan dikembangkan dan dipindah ke dalam tabung reaksi yang berisi media MS (Murashige dan Skoog) untuk ditumbuhkan sebagai bibit. Tahap terakhir yaitu tahap penumbuhan miselium hasil persilangan dan hasil dari spora jamur. Miselium yang telah tumbuh dan menyebar dalam tabung reaksi yang berisimedia MS pada kedua metode pembibitan yaitu persilangan dan spora jamur diinokulasikan kedalam botol berisi media sorgum dengan cara mengambil miselium dalam bibit F0 dalam tabung rekasi. Bibit F0 dari hasil persilangan dan spora jamur akan diturunkan ke generasi F1. Hasil bibit generasi turunan dari F0 yaitu F1 dari kedua metode pembibitan tersebut nantinya akan dibandingkan kualitas bibitnya. Rancangan yang digunakan dalam perbandingan kualitas bibit jamur nantinya menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Terdapat 10 perlakuan yang digunakan yaitu, 5 dari pembibitan hasil persilangan jamur tiram yang berhasil dan 5 pembibitan yang berasal dari spora tubuh jamur tiram. Terdapat 3 ulangan setiap perlakuan yang digunakan. Jika data yang telah dianalisis diperoleh hasil yang berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNJ) dengan taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan dari 9 perlakuan persilangan terdapat 5 perlakuan yang berhasil yaitu perlakuan B (Jamur Merah Muda X Putih Strain Florida), D (Jamur Kuning X Putih Strain Florida), E (Jamur Kuning X Putih Strain Thailand), F (Jamur Kuning X Putih Strain Oystern), H (Jamur Putih Strain Florida X Putih Strain Oystern). Selanjutnya dari hasil persilangan yang berhasil dilakukan pembibitan bersamaan dengan pembibitan yang berasal dari spora. Dari kedua jenis pembibitan tersebut didapat hasil pada parameter ketebalan miselium bibit F1 yaitu pada 7 Hsi rata-rata bibit dari persilangan lebih tebal dari dari pada bibit hasil dari spora, sementara pada 14 Hsi semua bibit dari kedua jenis pembibitan memiliki ketebalan yang sama. Pada parameter penyebaran miselium pada umur 7 Hsi rata-rata penyebaran miselium hasil pembibitan persilangan lebih unggul dan merata dari pada hasil pembibitan dari spora. Sementara pada umur 14 Hsi miselium yang tumbuh baik dari pembibitan hasil persilangan maupun dari spora sama-sama memiliki penyebaran yang merata dan tebal. Pada parameter kecepatan tumbuh miselium berdasarkan uji analisis dengan pada 7 Hsi diperoleh perlakuan K dan L tidak berbeda nyata. Perlakuan D, E, F, H, J, M, dan N juga tidak berbeda nyata antar perlakuannya yang berpengaruh pada kecepatan tumbuh miselium. Tetapi perlakuan K dan L jika dibandingkan dengan perlakuan D, E, F, H, J, M, dan N memiliki perbedaan yang nyata dilihat hasil uji lanjut yang telah dilakukan. Sementara itu uji analisis ragam pada pengamatan 14 HSI diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antar perlakuaanya.