Potensi Antagonisme Actinomycetes Dari Rhizosfer Tanaman Kubis Terhadap Fusarium Oxysporum F. Sp. Conglutinans Penyebab Layu Fusarium Pada Tanaman Kubis (Brassica Oleracea)

Main Author: Pratama, Fiereza Bayu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/165286/1/Fiereza%20Bayu%20Pratama.pdf
http://repository.ub.ac.id/165286/
Daftar Isi:
  • Kubis (Brassica oleracea L) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena terdapat beberapa manfaat yang terkandung di dalam kubis. Produktivitas kubis di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2010 hingga 2014 hal tersebut berbading terbalik dengan permintaan terhadap kubis yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman kubis mengalami banyak kendala, diantaranya adalah serangan penyakit. Salah satu penyakit pada tanaman kubis yang menyebabkan kerugian adalah penyakit layu fusarium. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum f. sp. conglutinans. Gejala penyakit layu fusarium ditandai dengan gejala layu, daun mengering dan akhirnya mati. gejala layu sering disertai dengan gejala klorosis dan nekrosis pada daun. Secara ekonomi Fusarium sp adalah patogen penting dalam pertanian hortikultura di dunia. Penyakit layu fusarium menyerang akar dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Penyakit layu fusarium dapat dikendalikan menggunakan berbagai macam teknik pengendalian. Penggunaan agensia hayati mulai banyak digunakan dan dikembangkan karena dianggap memiliki kelebihan diantaranya tidak meninggalkan residu, ramah lingkungan, tidak menimbulkan resistensi, dan relatif murah. Agensia hayati yang dipilih guna mengendalikan populasi jamur Fusarium oxysporum f. sp. conglutinans adalah Actinomycetes. Actinomycetes merupakan bakteri gram positif yang mempunyai senyawa antibiotik yang berfungsi sebagai anti jamur sehingga diharapkan bisa mengendalikan populasi Fusarium oxysporum f. sp. conglutinans. Pada penelitian ini guna mendapatkan Actinomycetes perlu dilakukan sebuah eksplorasi pada rhizosfer tanaman kubis di UB forest. Hasil yang diperoleh adalah didapatkan 7 Actinomycetes (Ar 1, Ar 2, Ar 3, Ar 4, Ar 5, Ar 6, Ar 7) pada rhizosfer tanaman kubis. 7 isolat Actinomycetes tersebut di identifikasi dan di golongkan pada genus Streptomyces (Ar 2, Ar 4, Ar 5, Ar 7) dan genus Nocardia (Ar 1, Ar 3, Ar 6). Isolat Actinomycetes yang didapatkan dari rhizosfer kubis dilakukan uji antagonisme terhadap Fusarium oxysporum f. sp. Conglutinans penyebab layu fusarium pada tanaman kubis. Pada uji antagonisme Actinomycetes terhadap Fusarium oxysporum f. sp. Conglutinans diperoleh hasil persentase daya hambat terbesar dimiliki oleh isolat Ar 3 dengan daya hambat sebesar 44,16% dan yang terkecil adalah 32,49% pada isolat Ar 6. Ke tujuh isolat Actinomycetes ini memiliki daya hambat yang berbeda satu sama lain serta berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Hal ini terlihat bahwa pada perlakuan kontrol jamur patogen tumbuh dengan cepat, sedangkan pada perlakuan dengan menggunakan Actinomycetes pertumbuhan jamur jadi terhambat. Diketahui bahwa Actinomycetes merupakan bakteri gram positif yang dapat menghasilkan senyawa anti jamur, Streptomyces menghasilkan senyawa berupa bleomisin, eritromisin, josamisin, kanamisin, neomisin, tetrasiklin dan masih banyak lagi dan pada Nocardia menghasilkan senyawa rifampisin, mikomisin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen.