Strategi Minimasi Risiko Rantai Pasok Empon Instan Dengan Metode Fuzzy Failure Mode Effect Analysis (Fmea) Dan Analyitical Hierarchy Process (Ahp) (Studi Kasus Pada Ukm King Betiri, Jember)

Main Author: Adhyaksa, Fisna Nora
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/164949/
Daftar Isi:
  • Perkembangan konsumsi minuman herbal akhir-akhir ini banyak diminati di Indonesia seperti jamu yang berasal dari empon. King Betiri merupakan salah satu produsen empon instan di Desa Andongrejo, Kabupaten Jember. Permasalahan yang dihadapi oleh King Betiri adalah keterbatasan persediaan bahan baku, kualitas bahan baku dan produk yang kurang maksimal dan tingginya biaya pemasaran. Keterbatasan persediaan bahan baku ini terjadi karena cuaca yang tidak menentu. Kualitas produk yang kurang maksimal disebabkan karena proses penyimpanan bahan baku yang terlalu lama sehingga mempengaruhi kualitas bahan baku dan produk. Tingginya biaya pemasaran menjadi permasalahan karena biaya transportasi yang dikeluarkan untuk luar wilayah Jember terlalu mahal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko rantai pasok , kemudian melakukan pengukuran serta penilaian risiko rantai pasok, dan menentukan strategi untuk meminimumkan risiko rantai pasok pada King Betiri. Variabel-variabel yang digunakan antara lain variabel bahan baku, variabel proses, dan variabel pemasaran serta responden pakar yang digunakan pada penelitian ini ada 4. 4 responden tersebut adalah satu dari pihak supplier King Betiri, Pemilik King Betiri dan tenaga kerja King Betiri serta 1 pihak retailer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy FMEA untuk penilaian risiko dan metode AHP untuk penentuan alternatif strategi. Pada proses identifikasi rantai pasok di UKM King Betiri diperoleh 13 risiko rantai pasok. 5 risiko terdapat dalam variabel bahan baku, 4 risiko dalam variabel produksi dan 4 risiko dalam variabel pemasaran. Hasil penilaian risiko rantai pasok diperoleh x risiko tertinggi pada variabel bahan baku sebesar (5,06) untuk risiko ketersediaan empon yang fluktuatif, variabel produksi yaitu kapasitas produksi empon instan yang fluktuatif sebesar (5,07) dan variabel pemasaran yaitu kekurangan persediaan empon instan sebesar (5,63). Hasil penilaian risiko tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi alternative dalam meminimasi risiko. Berdasarkan perhitungan AHP, variabel bahan baku memperoleh prioritas paling tinggi dengan nila I bobot kepentingan sebesar 0,63 dimana variabel bahan baku memiliki pengaruh yang lebih penting daripada variabel produksi dan pemasaran. Pada penyusunan strategi didapatkan 9 strategi yang tepat dan terbagi dalam 3 variabel. Pada variabel bahan baku strategi alternative yang memiliki bobot tertinggi adalah perbaikan sistem pengadaan bahan baku (0,383), variabel produksi yaitu pelatihan tenaga kerja (0,383), dan variabel pemasaran yaitu perbaikan akses informasi (0,418).