Studi Reception Analysis Penonton Perempuan tentang Konsep Fatherhood dalam Tayangan The Return of Superman
Main Author: | -, Deviyanita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/164617/1/Deviyanita.pdf http://repository.ub.ac.id/164617/ |
Daftar Isi:
- The Return of Superman merupakan salah satu tayangan televisi dari Korea Selatan yang menampilkan perubahan peran gender pada keluarga modern, yaitu fatherhood. Konsep fatherhood yang ditampilkan berupa keterlibatan sosok ayah dalam mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah. Konsep fatherhood yang ditampilkan pada tayangan tersebut menarik minat khalayak terutama perempuan, termasuk perempuan dari Indonesia yang merupakan salah satu negara penganut sistem patriarki. Penelitian ini befokus pada penerimaan penonton perempuan tentang konsep fatherhood dalam tayangan The Return of Superman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode reception analysis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah encoding/decoding milik Stuart Hall yang membagi penerimaan penonton kedalam three hypothetical positions, yaitu dominant/hegemonic positions, negotiatied code position, dan oppositional code position. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (depth interview).. Hasil penelitian menunjukan bahwa tayangan The Return of Superman yang mayoritas ditonton oleh perempuan, memiliki wacana dominan yang sengaja dibuat dan coba disampaikan oleh pembuat pesan namun diterima secara berbeda-beda oleh khalayak penonton. Wacana dominan yang coba disampaikan pada tayangan The Return of Superman adalah konsep fatherhood, namun ternyata dimaknai berbeda oleh penonton. Perbedaan penerimaan penonton dipengaruhi oleh latar belakang setiap informan, seperti sosial budaya tempat infroman tumbuh besar dan kondisi keluarga seperti kedekatan antar anggota keluarga. Informan yang tumbuh besar pada budaya keluarga yang sudah tidak menganut sistem patriarki berada pada kelompok dominan/hegemonic positions, sehingga wacanan dominan yang disampikan oleh pembuat pesan langsung menerima dan menyetujui semua pesan yang disampaikan. Sedangkan informan yang tumbuh besar pada keluarga penganut sistem patriarki, berada pada kelompok negotiated code positions, karena saat menonton informan mencampurkan penerimaan nya dengan latar belakang yang dimiliki sehingga informan cenderung kritis terhadap pesan yang disampaikan dan menyebabkan wacana dominan yang disampaikan pembuat pesan tidak seluruhnya diterima oleh informan kelompok tersebut.