Pengaruh Penambahan Surfaktan Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak ) terhadap Karakteristik Hidrat Gas Campuran Propana dan Butana pada Tekanan 0,2 MPa

Main Author: Zaky, Ahmad
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/163068/
Daftar Isi:
  • Hidrat gas alam yang awalnya merupakan temuan sumber energi baru yang terkubur di dasar laut, kini telah menjelma menjadi sebuah metode baru untuk penyimpanan dan transportasi gas alam. Surfaktan mampu meningkatkan laju pembentukan hidrat dengan cara menurunkan tegangan permukaan air agar mempermudah bercampurnya gas kedalam air. Buah lerak (Sapindus rarak) mampu menjadi alternatif bahan pembuatan surfaktan. Dalam ekstrak buah lerak ini terkandung senyawa saponin yang merupakan glikosida amfipatik yang mudah mengeluarkan busa yang bersifat stabil dan tidak mudah hilang sehingga sangat cocok sebagai surfaktan. Kami akan bereksperimen menggunakan surfaktan ekstrak buah lerak sebagai promotor dalam pembuatan hidrat. Tujuan kami adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kadar surfaktan ekstrak buah lerak terhadap laju pembentukan hidrat, stabilitas hidrat, dan kapasitas penyimpanan hidrat gas alam pada tekanan yang sama. Penelitian ini menggunakan reaktor hidrat yang kami sebut sebagai crystallizer. Crystallizer ini berjenis vessel tank, dimana seluruh body reaktor akan berputar dengan tujuan mempermudah pencampuran gas kedalam hidrat selama proses pembentukan. Putaran crystallizer dipilih sebesar 200 rpm. Gas alam pengisi hidrat berasal dari tabung elpiji yang terdiri dari 50% propana dan 50% butana dan dimasukkan kedalam crystallizer hingga mencapai tekanan 0.2 MPa (pada suhu ruang). Sebagai bahan penyusun hidrat, digunakan air demin yang diberi surfaktan ekstrak buah lerak dengan 4 kadar surfaktan yang berbeda, sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15% dari volume total larutan. Dari perbedaan kadar surfaktan tersebut, akan dicari pengaruhnya terhadap karakteristik hidrat (laju pembentukan hidrat, stabilitas hidrat, kapasitas penyimpanan hidrat) yang terbentuk dengan suhu pembentukan hidrat 273 K. Proses pembentukan hidrat dilakukan selama 10 jam. Setelah itu, diambil data stabilitas hidrat dengan mendiamkan crystallizer pada suhu 268 K selama 5 jam. Selanjutnya dilakukan penguraian hidrat sampai crystallizer mencapai suhu ruang untuk mendapatkan data kapasitas penyimpanan hidrat. Dari penelitian yang telah kami lakukan, disimpulkan bahwa laju pembentukan hidrat, stabilitas hidrat, dan kapasitas penyimpanan hidrat akan semakin baik jika kadar surfaktan semakin ditingkatkan. Hasil penelitian kami menunjukan konsumsi mol terbesar ada pada kadar surfaktan 15% sebesar 0.01068 mol. Stabilitas hidrat paling baik ada pada kadar surfaktan 15% dengan mol terurai sebesar 0.00008 mol. Kapasitas penyimpanan hidrat terbesar juga ada pada kadar surfaktan 15% sebesar 0.02116.