Dystopian World Represented in The Giver Movie by Phillip Noyce
Main Author: | Pimay, Ilham Awaliyah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/163/1/BAGIAN%20DEPAN.pdf http://repository.ub.ac.id/163/2/BAB%20I.pdf http://repository.ub.ac.id/163/3/BAB%20II.pdf http://repository.ub.ac.id/163/4/BAB%20III.pdf http://repository.ub.ac.id/163/5/BAB%20IV.pdf http://repository.ub.ac.id/163/6/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/163/ |
Daftar Isi:
- Distopia adalah bagian dari genre Science-Fiction yang menceritakan tentang ilusi masyarakat yang sempurna. Distopia lebih dikenal sebagai lawan dari utopia namun pada kenyataannya distopia adalah suatu reaksi atau tanggapan untuk utopia atau bisa disebut dengan sebuah peringatan untuk utopia. The Giver memiliki representasi yang berbeda yaitu mengangkat konsep kesetaraan dibawah system pemerintahan totaliter menurut versi mereka sendiri. Mengingat hal itu, penulis mengadakan studi tentang representasi dunia distopia yang terdapat dalam film The Giver. Dalam studi ini penulis akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian yaitu representasi dunia distopia dalam film The Giver digambarkan. Penelitian ini menggunakan konsep sastra distopia, representasi oleh Stuart Hall, studi film, dan pendekatan konstruktionis diskursif oleh Michel Foucault untuk menganalisis representasi dunia distopia digambarkan dalam film The Giver. Hasil studi menunjukkan bahwa representasi dunia distopia yang terdapat dalam film The Giver adalah; (1) hilangnya identitas individu yang digunakan utuk menghindari perbedaan, konflik, kebencian, iri hati namun pada saat bersamaan, ini membuat orang-orang yang tinggal di dunia dystopian kurang menyadari siapa sebenarnya mereka, (2) hilangnya privasi karena warga selalu diawasi oleh pemerintah. Dalam hal ini, perkembangan teknologi membantu pemerintah dalam mengontrol keamanan masyarakat namun justru membuat mereka tidak bisa memiliki privasi, (3) penghapusan populasi yang tidak diharapkan menunjukkan bahwa kekuasaan dapat digunakan untuk mendiskriminasi orang-orang yang dianggap tidak sesuai kriteria, (4) penolakan keragaman yang cenderung mempromosikan keharmonisan menolak bahwa sifat manusia memang beragam dan tak terelakkan.