Pengaruh Variasi Rasio Tulangan Longitudinal Bambu dari Metode Concrete Jacketing pada Kolom Beton Menggunakan Sengkang Bambu

Main Author: Pramudito, Faishal
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/162964/1/Faishal%20Pramudito.pdf
http://repository.ub.ac.id/162964/
Daftar Isi:
  • Indonesia kerap kali terjadi kegagalan struktur pada bangunan. Karena latar belakang tersebut para civil engineer di Indonesia melakukan riset dan berbagai macam penelitian. Sehingga berkembanglah inovasi perkuatan maupun perbaikan pada struktur-struktur bangunan seperti concrete jacketing, steel bonding plat, carbon fibre reinforced polymer, self healing concrete, melakukan eksternal prestressing dan lain sebagainya. Dari beberapa inovasi dan metode diatas metode jaket beton (concrete jacketing) adalah metode yang sangat mudah dilaksanakan. Pada penelitian kali ini, kolom asli yang diretrofit akan dipasangi tulangan dan sengkang yang bermaterialkan dari bambu. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu petung untuk sengkang dan bambu apus untuk tulangan longitudinal. Ada 4 jenis kolom yang akan diteliti kali ini, yaitu kolom retrofit dengan kode A2 yang dipasangi tulangan bambu sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 x 10 mm dengan rasio tulangan sebesar 1,23, kolom retrofit B2 yang dipasangi tulangan bambu sebanyak 8 buah dengan ukuran 10 x 0,5 mm dengan rasio tulangan sebesar 1,23, kolom retrofit C2 yang dipasangi tulangan bambu sebanyak 4 buah dengan ukuran 10 x 20 mm dengan rasio tulangan sebesar 2,47 dan kolom retrofit D2 yang dipasangi tulangan bambu sebanyak 8 buah dengan ukuran 10 x 10 mm dengan rasio tulangan sebesar 2,47. Penelitian kali ini membandingkan efektifitas pada pemasangan tulangan dengan rasio tulangan yang berbeda pada kolom retrofit A2 dan C2 dan juga pada kolom retrofit B2 dan D2. Kolom retrofit akan diuji menggunakan compression test machine dan dipasang dial gauge untuk membantu membaca defleksi pada kolom saat diuji. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kolom retrofit C2 dengan rasio tulangan 2,47 memiliki nilai kuat tekan 11,59% lebih besar dibandingkan dengan kolom retrofit A2 dengan rasio tulangan 1,23. Untuk nilai kekakuan dan modulus elastisitas, kolom retrofit C2 memiliki nilai 30,39% lebih besar dibandingkan kolom retrofit A2. Pada perbaikan kolom asli, kolom retrofit A2 memiliki nilai peningkatan daktilitas yang lebih besar yakni 264,07% dibandingkan dengan kolom retrofit C2 yang mengalamai penurunan sebesar 46,64%. Hasil kedua tipe kolom diatas menunjukkan bahwa kolom retrofit C2 yang memiliki rasio tulangan yang lebih besar tidak memberikan efek yang signifikan untuk menambah nilai kekakuan, modulus elastisitas dan peningkatan daktilitas. Kemudian untuk penelitian kolom retrofit D2 dengan rasio tulangan 2,47 memiliki nilai kuat tekan 19,23% lebih besar dibandingkan dengan kolom retrofit B2 dengan rasio tulangan 1,23. Untuk nilai kekakuan dan modulus elastisitas, kolom retrofit B2 memiliki nilai 24,877% lebih besar dibandingkan kolom retrofit D2. Pada perbaikan kolom asli, kolom retrofit D2 memiliki nilai peningktan daktilitas yang lebih besar yakni 75,47% dibandingkan dengan kolom retrofit B2 yang mengalami peningkatan daktilitas sebesar 6,75% dari kolom asli. Hasil kedua tipe kolom diatas menunjukkan bahwa kolom retrofit D2 yang memiliki rasio tulangan yang lebih besar tidak memberikan efek yang signifikan untuk menambah nilai kekakuan, modulus elastisitas dan peningkatan daktilitas