Pengaruh Konfigurasi Tulangan Longitudinal Dari Metode Jaket Beton Bertulang Bambu Dengan Sengkang Bambu Pada Kolom Beton Bertulang
Daftar Isi:
- Kolom merupakan elemen utama dari suatu struktur bangunan karena, kolom memiliki peran utama yaitu sebagai elemen yang menyangga beban aksial dari gaya tekan vertikal. Lokasi kritis keruntuhan struktur (collapse) berada pada kolom sehingga, perlu diperhatikan apabila kolom mengalami kerusakan. Keruntuhan pada kolom dapat berupa kerusakan akibat gempa bumi, overloading, tulangan kolom yang sudah luluh, dan beton keropos. Untuk mencegah keruntuhan dan memperbaiki kolom yang rusak maka diperlukan perkuatan dan perbaikan kolom. Pada penelitian ini kolom diretrofit menggunakan metode Concrete Jacketing dan akan dipasangi sengkang dan tulangan longitudinal bermaterial bambu. Berdasarkan hasil penelitian, kolom retrofit dengan penggunaan tulangan bambu lebih mampu meningkatkan daktilitas, gaya tekan, modulus elastisitas serta kekakuan. Pada penelitian ini kolom retrofit akan dipasangi sengkang dan tulangan longitudinal bermaterial bambu.. Terdapat 4 jenis kolom retrofit yang akan diteliti yakni, kolom retrofit dengan kode A2 yang akan dipasang tulangan longitudinal sebanyak 4 buah tulangan bambu dengan ukuran 10 × 10 mm, kolom retrofit dengan kode B2 dipasang 8 buah tulangan longitudinal dengan ukuran 10 × 5 mm, kolom retrofit dengan kode C.2 dipasang 4 buah tulangan longitudinal dengan ukuran 10 × 20 mm dan, kolom retrofit dengan kode D2 dipasang tulangan 8 buah dengan ukuran 10 × 10 mm. 4 jenis kolom retrofit yang akan diteliti memiliki jarak sengkang yang sama yaitu 75 mm. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemasangan tulangan dan dimensi tulangan antara kolom retrofit A2 dengan kolom retrofit B2 dan efektivitas pemasangan tulangan dan dimensi tulangan antara kolom retrofit C2 dengan kolom retrofit D2. Kolom akan diuji tekan menggunakan compression test machine dan dipasang dial gauge untuk membantu pembacaan defleksi yang terjadi saat kolom diuji tekan. Dari hasil pengujan menunjukkan bahwa kolom retrofit B.2 memiliki peningkatan gaya tekan maksimum 44,74 % dari gaya tekan maksimum kolom asli B.2. Sementara gaya tekan maksimum kolom retrofit A.2 hanya mengalami peningkatan sebesar 28,14 % dari kolom asli A.2. Namun, untuk nilai kekakuan, kolom retrofit B.2 hanya mengalami peningkatan sebesar 30,7 %, dari kolom asli B.2 sedangkan kolom retrofit A.2 mengalami peningkatan 37,40 % dari kolom asli A.2. Modulus elastisitas kedua kolom retrofit tersebut juga mengalami penurunan, tetapi perubahan modulus elastisitas kolom retrofit B.2 lebih kecil dibanding dengan perubahan modulus elastisitas yang dialami kolom retrofit A.2. Kolom retrofit A.2 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 42,14 % dari kolom asli A.2 namun, kolom retrofit B.2 hanya mengalami peningkatan daktilitas sebesar 2,76 % dari kolom asli B.2. Pada perbandingan kolom retrofit C.2 dengan kolom retrofit D.2 didapatkan bahwa kolom retrofit C.2 memiliki peningkatan gaya tekan maksimum 37,47 % dari gaya tekan maksimum kolom asli C.2. Sementara gaya tekan maksimum kolom retrofit D.2 hanya mengalami peningkatan sebesar 6,79 % dari kolom asli D.2. Namun, untuk nilai kekakuan, kolom retrofit C.2 mengalami penurunan sebesar 4,47 %, dari kolom asli C.2 sedangkan kolom retrofit D.2 mengalami peningkatan 13,85 % dari kolom asli D.2. Modulus elastisitas kedua kolom retrofit tersebut juga mengalami penurunan, tetapi perubahan modulus elastisitas kolom retrofit C.2 lebih besar dibanding dengan perubahan modulus elastisitas yang dialami kolom retrofit D.2 Kolom retrofit D.2 mengalami peningkatan daktilitas sebesar 109,63 % dari kolom asli D.2 namun, kolom retrofit C.2 mengalami penurunan daktilitas sebesar 45,70 % dari kolom asli C.2.