Pengembangan Industri Kreatif “Batik Gedog” dalam Perspektif Quadruple Helix Model (Studi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur)
Main Author: | El Firda, Kharirus Sa’idiyah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/162789/1/Kharirus%20Sa%E2%80%99idiyah%20El%20Firda.pdf http://repository.ub.ac.id/162789/ |
Daftar Isi:
- Penyelenggaraan Industri Kreatif merupakan terobosan baru yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan tumbuh kembang Industri Kecil Menengah (IKM) diseluruh daerah. Peran industri kreatif dapat meningkatkan ekonomi secara global serta terdapat beberapa kegiatan didalamnya yang biasa disebut ekonomi kreatif karena output yang akan didapatkan adalah berupa kegiatan ekonomi yang mapan bagi masyarakat. Sub sektor industri kreatif terbagi menjadi 16 bagian diantaranya pada pengembangan batik gedog masuk kategori desain fashion, desain, dan kerajinan. Batik gedog merupakan salah satu kekayaan khas daerah Kabupaten Tuban yang terdiri atas tenun gedog dab tulis gedog. Dalam pengembanganya dituntut untuk peningkatan Skill Sumber Daya Manusia (SDM) dalam berinovasi. Permasalahan seperti minimnya akses permodalan usaha, penguasaan pangsa pasar global, inovasi produk, hingga kolaborasi stakeholder yang kompleks membuat penelitian pentingnya kolaborasi antar aktor (Quadruple Helix) menjadi relevam untuk dilakukan. Penelitian menggunakan jenis deskriptif kualitatif dengan dua fokus yaitu pengembangan industri kreatif batik gedog (inovasi, kenaikan output, akses akumulasi modal usaha, regenerasi sumberdaya inovatif) dan yang kedua meliputi kolaborasi aktor melalui Quadruple Helix Model (pemerintah, swasta, masyaraakt, dan akademisi). Hasil penelitian menyebutkan bahwa kondisi pembangunan administratif dan kondisi fisik lingkungan cukup menunjang dalam pengembangan industri kreatif batik gedog. Data yang didapat bahwa setiap tahunya batik gedog mengalami penambahan jumlah produksi. Hal ini akan sekaligus mempengaruhi output masyarakat melalui munculnya peluang usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Sementara, akses modal usaha yang diberikan masih minim. Regenerasi dan ketersediaan SDM inovatif telah dilakukan melalui kegiatan pelatihan, training, dan workshop. Pada kolaborasi antar aktor yang terlibat (Quadruple Helix Model) terjalin melalui penyatuan peran diantara akademisi (Sharing knowledge, konseptor, membantu merumuskan kebijakan melalu riset). Selanjutnya, pelaku bisnis yang banyak berperan dalam membantu permodalan usaha, kesejahteraan keluarga pembatik (beasiswa belajar anak pembatik) dan support penuh pengembangan industri kreatif. Pemerintah berperan sebagai regulator dan fasilitator koordinasi, Namun, koordinasi yang dilakukan belum mampu menyatukan seluruh aktor dalam Forum Masyarakat Kokoh (FMK) tersebut. Selanjutnya, aktor yang sangat berperan penting adalah masyarakat sebagai pelaku industri dan penciptaan inovasi produk unggul.