Kajian Hidraulika Kombinasi Pelimpah Samping dan Pelimpah Berpintu pada Bendungan Way Apu Kabupaten Buru Provinsi Maluku dengan Uji Model Fisik Skala 1:65
Main Author: | Wijayanti, Ayu Fardiana |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/162710/ |
Daftar Isi:
- Salah satu upaya untuk meningkatkan kebutuhan air di wilayah Kabupaten Buru, baik untuk keperluan domestik, maupun untuk keperluan irigasi pertanian adalah dengan membangun Bendungan Way Apu. Dalam proses pembangunan suatu bendungan, salah satu tahapan yang harus dilakukan guna memperoleh kesempurnaan desain Bendungan Way Apu yang menggunakan kombinasi pelimpah samping dan pelimpah berpintu ini adalah dengan melakukan uji model fisik. Pada skripsi ini, keseluruhan sistem pelimpah dan pintu menjadi fokus penelitian yang dikaji. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui fenomena hidraulik pelimpah Bendungan Way Apu dengan uji model fisik skala 1:65. Kajian hidrolika dilakukan pada pelimpah, saluran samping, saluran transisi, saluran peluncur, peredam energi, dan hilir peredam energi yang didasarkan pada pengujian model sebagai kontrol terhadap pendekatan hitungan. Dalam kajian hidrolika pada model fisik ini, untuk pelimpah menggunakan persamaan kontinuitas dengan perhitungan koefisien debit Cd dan menggunakan pendekatan metode USBR dan Iwasaki. Untuk analisa pada saluran samping menggunakan persamaan momentum. Untuk analisa hidrolika pada saluran transisi dan saluran peluncur menggunakan persamaan energi dengan metode perhitungan tahapan standar. Sedangkan untuk analisa hidrolika pada peredam energi USBR tipe II menggunakan persamaan momentum dan kontinuitas. Untuk perhitungan gerak material dasar menggunakan persamaan momentum dan dilakukan koreksi dengan menggunakan metode isbach. Sedangkan untuk perhitungan debit pintu digunakan persamaan debit menurut kriteria perencanaan. Dari hasil pengujian final design, dengan sill setinggi 1,50 m pada penampang kontrol-1 yang terletak di akhir saluran samping menyebabkan kondisi aliran subkritis dan adanya bantalan air. Sedangkan penampang kontrol-2 terletak pada peralihan saluran transisi menuju saluran peluncur. Perubahan kemiringan saluran di hilir penampang kontrol-1 dan meperbesar lengkung di akhir saluran menuju saluran transisi dapat mengatasi permasalahan tekanan negatif sehingga aman dari bahaya kavitasi. Pengoperasian empat pintu dengan tinggi bukaan yang berbeda dengan prioritas dua pintu tengah kemudian diikuti dua pintu tepi merupakan langkah paling efektif diantara lainnya karena dapat meminimalisir terjadinya aliran vortex. Pada peredam energi telah dilakukan penurunan sebesar 3,50 m (dari +46,50 menjadi +43,00) agar peredaman energi cukup efektif untuk memecahkan energi akibat kecepatan aliran yang tinggi dari saluran peluncur. Sedangkan untuk mengatasi masalah gerusan lokal (local scouring) dilakukan pemasangan krib di sepanjang saluran akhir (escape channel), pemasangan bronjong pada bagian yang tergerus, dan pemasangan groundsill sebelum section 37.