Model Optimasi Rute Penyeberangan Di Wilayah Kepulauan
Main Author: | Kumalawati, Andi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/162573/1/ANDI%20KUMALAWATI.pdf http://repository.ub.ac.id/162573/ |
Daftar Isi:
- Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang memiliki kurang lebih 566 pulau, terdiri dari 42 pulau yang sudah dihuni dan sisanya sebanyak 524 pulau belum dihuni. Sebagai wilayah kepulauan, transportasi penyeberangan merupakan transportasi andalan masyarakat Nusa Tenggara Timur dalam melakukan perjalanan antar pulau. Data ASDP NTT tahun 2015 menunjukkan rata-rata jumlah penumpang pertahun sebanyak 302.777 orang, muatan kendaraan sebanyak 81.054 unit dan muatan barang sebanyak 8.354 ton, dengan jumlah lintasan penyeberangan sebanyak 20 lintasan, dan dilayani oleh 9 armada kapal ferry. Dengan jumlah penumpang, kendaraan dan barang yang begitu besar dengan armada yang terbatas, kadang-kadang aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan sering terabaikan dan berpotensi menimbulkan kecelakaan seperti kapal tenggelam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pengguna transportasi penyeberangan, karakteristik pergerakan penumpang transportasi penyeberangan, kinerja pelayanan transportasi penyeberangan, serta mengetahui model optimasi rute transportasi penyeberangan berdasarkan besaran jarak / panjang lintasan, minat penumpang dan faktor gangguan (cuaca dan tinggi gelombang) pada setiap lintasan / rute penyeberangan di wilayah kepulauan Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan di wilayah kepulauan Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan data primer berupa data hasil kuisioner terhadap 2.686 responden (penumpang) yang diambil secara acak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis deskriptif, analisis corresponden dan analisis algoritma genetika. Proses Analisis Algoritma Genetika terdiri dari 6 tahap yaitu 1. Tahap proses Inialisasi (pengkodean), 2. Tahap Populasi awal, 3. Tahap Evaluasi, 4. Tahap Seleksi, 5. Tahap Penyilangan dua kromosom (Crossover), 6. Tahap Mutasi. Ke 6 tahap ini diselesaikan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak yaitu program komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Karakteristik pengguna transportasi penyeberangan di Kepulauan NTT, adalah mayoritas Laki-laki, usia dewasa, pekerjaan wiraswasta dengan status soasial ekonomi menengah ke bawah. 2). Karakteristik pergerakan penumpang transportasi penyeberangan menunjukkan bahwa: 1. Sebagian besar responden / penumpang di kepulauan NTT memiliki jarak antara rumah ke pelabuhan cukup jauh yakni antara 5 – 20 Km, seperti di Pulau Flores, Sumba dan Timor. Sementara di Pulau Alor, penumpang memiliki jarak yang cukup dekat antara rumah ke pelabuhan yakni < 5 Km. Dampaknya, di wilayah Flores, Sumba dan Timor biaya perjalanan untuk menuju ke pelabuhan cukup mahal yang diakibatkan penumpang terpaksa memilih carter mobil untuk menuju pelabuhan akibat letaknya yang belum memiliki rute angkutan umum. 2. Mayoritas penumpang (70%) mengatakan tidak pernah berpindah kapal selama dalam perjalanan dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan. Hal ini di sebabkan karen sistim pelayaran ferry di wilayah kepulauan NTT adalah pelayaran dengan perjalanan pergi – pulang di setiap lintasan. 3. Waktu tunggu kapal di pelabuhan dipengaruhi oleh keterlambatan kapal, dimana keterlambatan kapal disebabkan oleh kondisi cuaca dan tinggi gelombang (ombak) yang terjadi di setiap lintasan. 4. Waktuix tempuh kapal dipengaruhi oleh panjang lintasan, kondisi cuaca dan tinggi gelombak (ombak). Di kepulauan NTT memiliki intasan penyeberangan ferry yang cukup panjang dengan melintasi laut lepas, waktu tempuh rata-rata diatas standar peraturan waktu pelayaran yaitu 8 jam. 3). Kinerja pelayanan transportasi penyeberangan menunjukkan bahwa kinerja pelayanan kapal, dari 7 jenis kapal yang beroperasi, terdapat 5 kapal memiliki nilai load factor dibawah nilai standar yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu PP No. 41 Tahun 2003 sebesar 70%, sehingga perlu dilakukan peningkatan kapasitas kapal dengan mengganti jenis kapal yang lebih besar atau menambah jumlah kapal. Begitupula terhadap kinerja pelayanan lintas penyeberangan, terdapat 10 lintasan yang memiliki nilai Load factor lebih besar dari 100%, untuk itu perlu dilakukan penanganan yaitu menambah jumlah frekuensi perjalanan lintas penyeberangan. 4). Untuk mengukur optimasi rute pada lintasan penyeberangan, maka dipilih nilai fitness yang minimum. Berdasarkan hasil analisis maka Generasi Ke – 3, populasi ke - 16 terpilih sebagai hasil yang paling optimal dengan nilai fitness yang paling minimum yaitu 3161, total jarak atau total panjang lintasan yaitu 5324 Mile, dengan nilai tingkat kesalahan (MAPE) yaitu 17,2414 %, terdiri dari 10 lintasan lama dan 10 lintasan baru. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini, maka beberapa rekomendasi yang diusulkan sebagai dasar pertimbangan perumusan lanjut strategi pembangunan transportasi dalam mewujudkan pelayanan transportasi penyeberangan yang efektif dan efisien di wilayah kepulauan termasuk daerah perbatasan, terpencil, dan perdesaan, adalah sebagai berikut: 1. Peran serta Pemerintah Daerah sangat menentukan dalam perwujudan pengembangan / pembangunan transportasi penyeberangan. 2. Kebijakan pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana transportasi dengan strategi meningkatkan kapasitas jaringan prasarana serta keselamatan transportasi. 3. Kebijakan pengembangan sumberdaya transportasi dengan strategi meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta, sinergi sumber dana pemerintah dan meningkatkan sumber dana APBD transportasi. 4. Mengoptimalkan pola operasional sistem transportasi yang sudah ada, 5. Mengelompokkan wilayah pola operasional di pulau-pulau kecil dan sekitarnya menurut jarak jalur / lintasan transportasi, 6. Penetapan pelayanan transportasi sarana kapal disesuaikan dengan jarak pelayaran. 7. Peningkatan frekuensi pelayanan bagi daerah-daerah yang mengalami over demand, khususnya daerah frekuensi pelayanan transportasi yang kurang. Hasil penelitian ini masih belum sempurna dan memiliki keterbatasan karena penggunaan variabel yang terbatas dan luasnya wilayah studi, sehingga hasil yang diperoleh bersifat gambaran umum kondisi pelayanan angkutan penyeberangan di wilayah kepulauan Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan untuk menghasilkan gambaran kondisi pelayanan angkutan penyeberangan yang lebih detail melalui penambahan variabel, serta lingkup studi yang yang lebih kecil (lingkup wilayah). Sebagai saran untuk kajian dan penelitian selanjutnya: 1. Diperlukan keterlibatan kru kapal sebagai responden sehingga dapat diketahui persepsinya terhadap pelayanan yang telah diberikan sebagai masukan berharga kepada operator kapal dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan kinerja pelayanan kepada pengguna jasa. 2. Perlu adanya penelitian dan metode analisis yang dapat memberikan gambaran lengkap tentang kinerja tranportasi dan model transportasi multi moda yang sesuai untuk diterapkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Wilayah Kepulauan. 3. Terus ditingkatkan jangkauan dan pelayanan yang lebih luas sampai ke pulau-pulau terpencil, dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan penyeberangan sekaligus mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan terpadu.