Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove Di Pesisir Utara Kota Makassar

Main Author: Akram, Andi Muhammad
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/162184/1/ANDI%20MUH%20AKRAM.pdf
http://repository.ub.ac.id/162184/2/SAMPUL.pdf
http://repository.ub.ac.id/162184/
Daftar Isi:
  • Ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal dan pendidikan. Pemanfaatan hutan mangrove untuk ekowisata mempunyai potensi keindahan alam dan lingkungan berupa komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari vegetasi, biota atau organisme, dan satwa liar. Fungsi ekologi hutan mangrove adalah sebagai habitat, daerah pemijahan, dan penyedia unsur hara. Fungsi lain dari hutan mangrove adalah sebagai tempat penelitian, pendidikan, dan ekowisata. pengembangan ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang melibatkan unsur budaya dan alam yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikannya. Pengembangan ekowisata harus didasari dengan adanya sumberdaya manusia, sarana prasarana wilayah seperti listrik, air bersih, jalan, dan lain sebagainya., serta kelembagaan yang terkait tentang kegiatan ekowisata baik pemerintah maupun kelompok masyarakat lokal. Pengembangan pariwisataan di kota Makassar saat ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015 meningkat sekitar 16% wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa kota Makassar masih memerlukan pengembangan ekowisata khususnya di sektor pesisir dan laut, seperti hutan mangrove. Karena mengacu pada peraturan RTRW kota Makassar tahun 2010-2030 yaitu pengembangan ekoturisme yang memanfaatkan fungsi kawasan hutan mangrove untuk dikembangkan menjadi pariwisata berwawasan lingkungan dengan melestarikan dan mengelola hutan mangrove khususnya di pesisir Utara kota Makassar. Kondisi lahan hutan mangrove di pesisir Utara kota Makassar secara umum mengalami degradasi, seperti pengalihan fungsi lahan menjadi tambak, permukiman, kawasan industri, jalan, dan lain sebagainya. Dengan perubahan kondisi tersebut mengakibatkan kondisi lahan hutan mangrove mengalami kerusakan setiap tahunnya. Kerusakan hutan mangrove yang terjadi setiap tahun mengakibatkan banjir, abrasi dan rob (kenaikan muka air laut) yang disebabkan oleh masyarakat lokal. Kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap upaya pemeliharaan dan kelestarian hutan mangrove berdampak pada perlunya pengembangan lahan hutan mangrove. Salah satu kegiatan yang tepat adalah ekowisata yang berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan yang lebih luas. Metode yang digunakan yaitu menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif.xi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pesisir Utara kota Makassar memiliki potensi lahan hutan mangrove seperti berbagai macam jenis satwa burung, ikan, reptil, kepiting, udang dan moluska. Pesisir Utara kota Makassar memiliki 4 jenis vegetasi mangrove yaitu Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Hasil analisis kriteria kesesuaian lahan ekowisata di kelurahan Untia termasuk dalam kategori sesuai dengan skor 250 dan di kelurahan Bira dengan skor 259 termasuk dalam kategori sesuai untuk pengembangan ekowisata hutan mangrove. Berdasarkan hasil penilaian kriteria kelayakan dari aspek ekologi, sosial-ekonomi, dan sarana prasarana penunjang kelurahan Untia mendapatkan nilai 74,0 dan kelurahan Bira 77,06 termasuk dalam kategori kelayakan layak untuk pengembangam ekowisata. Strategi prioritas dalam pengembangan ekowisata di pesisir Utara kota Makassar adalah desa nelayan di kelurahan Untia dan memanfaatkan serta melestarikan hutan mangrove berada di kelurahan Bira. Sehingga kelurahan Untia dan Bira sangat sesuai dan layak untuk pengembangan ekowisata hutan mangrove. Dan program-program prioritas pengembangan ekowisata adalah permukiman nelayan, wisata mangrove, pembudiyaan tambak sebagai wisata memancing dan kuliner, penanaman bibit mangrove dan lain sebagainya.