Tungau: Kelimpahan Pada Tanaman Apel Di Lahan Monokultur Dan Tumpangsari
Main Author: | Nuraini, Dhany Rizki |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161972/1/DHANY%20RIZKI%20NURAINI.pdf http://repository.ub.ac.id/161972/ |
Daftar Isi:
- Apel Malus sylvestris (Rosaceae) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Salah satu daerah yang mengembangkan tanaman apel di Indonesia adalah Kota Malang dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Apel Anna merupakan salah satu varietas apel yang ditanam dari Kota Malang dan Kota Batu. Produksi tanaman apel dari tahun 2013-2015 di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 255.190 ton, pada tahun 2014 sebanyak 242.762 ton, dan pada tahun 2015 sebanyak 238.141 ton. Salah satu faktor penyebab penurunan produksi tanaman apel adalah serangan hama. Tungau merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman apel. Sistem pola tanam mempengaruhi intensitas serangan hama pada tanaman. Penanaman tanaman dengan pola tanam monokultur kurang menguntungkan karena mempunyai resiko yang besar terhadap serangan hama dan penyakit secara eksplosif sehingga menggagalkan panen. Pola tanam tumpangsari mampu menurunkan kepadatan populasi hama dibandingkan sistem pola tanam monokultur, karena adanya gangguan visual oleh tanaman bukan inang yang mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan kolonisasi hama pada tanaman inang. Populasi hama pada lahan tumpangsari tinggi karena peningkatan populasi hama didukung dengan ketersediaan pakan yang dibutuhkan. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan tanaman tumpangsari adalah tanaman hias. Tanaman hias bunga Hydrangea macrophylla atau lebih dikenal sebagai bunga hortensia atau bunga hidrangea merupakan tanaman bunga hias yang banyak diminati oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kelimpahan populasi jenisjenis tungau pada tanaman apel varietas Anna di lahan monokultur dan tumpangsari. Penelitian dilaksanakan di Desa Sumbergondo dan Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, serta Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, pada bulan April sampai Mei 2018. Penelitian ini dilakukan di lahan apel varietas Anna pada pola tanam monokultur dan tumpangsari milik petani. Penelitian di Desa Sumbergondo merupakan lahan tanaman apel varietas Anna dengan pola tanam monokultur. Lahan tersebut terdiri dari 21 bedeng. Pada setiap bedeng terdiri dari 4-8 tanaman apel. Sedangkan di Desa Tulungrejo yang merupakan lahan dengan pola tanam tumpangsari tanaman apel varietas Anna dengan bunga hias hortensia. Pada lahan tumpangsari terdiri dari 18 bedeng. Pada setiap bedeng terdapat 8-14 tanaman apel varietas Anna dan 60 bunga hortensia sebagai tanaman sela. Tanaman apel yang ditetapkan sebagai tanaman contoh berada ditengah-tengah lahan. Hal ini adalah untuk mendapatkan kondisi yang relatif homogen. Tanaman contoh pada lahan ditetapkan secara diagonal sistematis. Jumlah tanaman contoh pada masing-masing lahan adalah 18 pohon. Setiap tanaman contoh diambil 4ii ii daun apel mengikuti arah mata angin yaitu arah Timur, Utara, Barat dan Selatan dari tajuk tanaman apel. Pengambilan daun apel dilakukan dengan cara disungkup menggunakan kantung plastik. Setiap kantung plastik terdiri dari satu daun apel. Selanjutnya kantung plastik ditutup menggunakan karet dan pada kantung plastik diberi label penanda. Setelah itu kantung plastik ditempatkan dalam boks plastik yang selanjutnya ditempatkan dalam lemari pendingin pada suhu 5°C. Perhitungan populasi tungau dilakukan dengan bantuan mikroskop binokuler dan dihitung berdasarkan fase telur, larva, nimfa, imago jantan dan imago betina. Pengambilan daun dilakukan satu minggu sekali selama 8 minggu. Penetapan tanaman contoh bunga hias hortensia dilakukan pengambilan daun dan bunga mekar untuk dilakukan pengamatan. Pengambilan daun dan bunga mekar pada tanaman contoh terdiri dari 1 daun pada bagian tengah dari batang tanaman dan 1 bunga mekar sempurna berwarna biru. Perhitungan populasi tungau dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun. Pengamatan tungau pada daun contoh dilakukan di bawah mikroskop dan dihitung kelimpahan populasi telur, larva, nimfa, imago jantan, dan imago betina pada masing-masing spesies tungau. Pada proses identifikasi tungau dilakukan pembuatan slide preparat dengan menggunakan media larutan Hoyer. Guna menentukan spesies tungau fitofag dan tungau lainnya dengan menggunakan kunci identifikasi. Perlakuan agronomi yang diterapkan pada masing-masing lahan apel didapatkan dari hasil wawancara dengan masing-masing petani pemilik lahan. Data kelimpahan populasi tungau fitofag dan tungau predator pada tanaman apel varietas Anna di lahan tumpangsari dan monokultur yang diperoleh diuji dengan Uji T pada taraf kesalahan 5% dan uji korelasi Pearson. Spesies tungau yang ditemukan pada penelitian ini yaitu tungau fitofag famili Tetranychidae yaitu tungau merah jeruk (TMJ) Panonychus citri dan tungau laba-laba Tetranychus urticae, sedangkan tungau predator yang ditemukan yaitu Agistemus longisetus (Stigmaeidae) dan Neoseiulus fallacis (Phytoseiidae). Perbedaan perlakuan agronomi pada lahan monokultur dan tumpangsari yaitu penggunaan pupuk kandang dan aplikasi pestisida berdampak pada tingginya kelimpahan tungau fitofag P. citri pada lahan tumpangsari di bandingkan pada lahan monokultur. Pengaplikasian pupuk kandang dapat menambah kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Semakin meningkatnya pertumbuhan tanaman mempengaruhi tingginya ketersediaan pakan bagi tungau. Sedangkan pengaplikasian pestisida secara intensif mengakibatkan populasi tungau P. citri mengalami resistensi.