Pengujian Mutu Benih Dan Hasil Panen Dua Sumber Benih Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Varietas Spectaculer
Main Author: | Prakoso, Agung |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161890/1/AGUNG%20PRAKOSO.pdf http://repository.ub.ac.id/161890/ |
Daftar Isi:
- Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari wilayah selatan Meksiko dan wilayah panas Guatemala. Pada kondisi liar, buncis ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi dan di lingkungan kering hingga lembab (Waluyo dan Diny Djuariah, 2003). Pitojo (2004) mengemukakan bahwa setiap 100 g buncis mengandung 35 kalori, 2,4 g protein, 0,2 g lemak, 7,7 g karbohidrat, 65 mg kalsium, 44 mg fosfor, 1,1 mg besi, 630 SI vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, 19 mg vitamin C, dan 88,9 g air. Diperlukan paling tidak 65 kg pangan sehat dalam bentuk sayuran per kapita per tahun. Pada tahun 2016, data angka konsumsi pangan sayuran di Indonesia baru mencapai 50.75 kg per kapita per tahun. Buncis berperan dalam menyumbang angka konsumi sayuran yang terus bertambah tiap tahunnya. Pertumbuhan konsumsi buncis pada tahun 2012-2016 yaitu sebesar 47,4 % . Berdasarkan data Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2017), produksi buncis pada tahun 2012-2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2012 jumlah produksi buncis mencapai 322.097 ton, sedangkan pada tahun 2016 jumlah produksi buncis hanya mencapai 275.509 ton. Hal ini membuktikan bahwa produksi buncis mengalami penurunan. Luas panen juga mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2012, luas panen buncis mencapai 31.021 ha. Sedangkan, pada tahun 2016 luas panen buncis hanya mencapai 25.104 ha. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan data pertumbuhan kebutuhan konsumsi buncis yang tiap tahunnya selalu meningkat. Upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi buncis yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan benih varietas unggul yang sudah ada sebelumnya. Salah satu faktor yang membuat produksi buncis menurun yaitu penggunaan benih yang tidak bermutu. Contoh kasus di Desa Bendosari Kecamatan Pujon, petani menggunakan benih tidak bersertifikat, yaitu benih hasil panen sendiri atau beli dengan petani lain. Varietas yang digunakan yaitu buncis varietas Spectaculer. Petani di daerah ini sejak tahun 2010-2018 masih menggunakan sumber benih ini dalam berbudidaya buncis. Alasannya karena harga benih jenis ini lebih murah dibanding dengan benih bersertifikat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu benih dan hasil panen buncis varietas Spectaculer dari 2 sumber benih yang berbeda, yaitu benih hasil produksi PT. Sang Hyang Seri (SHS) dan benih turunan hasil produksi petani Desa Bendosari Kecamatan Pujon. Sehingga nantinya akan dapat memberikan informasi dalam penggunaan sumber benih yang bermutu. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah buncis varietas Spectaculer sumber benih SHS memiliki mutu benih dan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber benih petani. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Unit Bisnis Hortikultura Pujon yang beralamat di Jl. A. Mananvii Wijaya No.9, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Ketinggian tempat 1100 mdpl, suhu 25-30 oC, kelembapan udara 60-70 %, dan jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April-Juni 2018. Penelitian ini menggunakan metode uji perbandingan 2 populasi. Tiap populasi ditanam 200 tanaman, sehingga jumlah tanaman total sebanyak 400 tanaman. Benih buncis varietas Spectaculer produksi PT. Sang Hyang Seri (Persero) digunakan sebagai benih populasi A. Sedangkan, benih buncis turunan varietas Spectaculer produksi petani Desa Bendosari Kecamatan Pujon digunakan sebagai benih populasi B. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji Independent Sample t Test. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil pengamatan mutu fisik benih secara kualitatif, diketahui bahwa: (i) warna benih; pada sumber benih SHS memiliki warna benih hitam mengkilap dan seragam, sedangkan sumber benih petani memiliki warna benih hitam kusam, tidak mengkilap dan sebagian berwarna kecoklatan atau tidak seragam, (ii) bentuk benih; pada sumber benih SHS maupun petani memiliki bentuk benih yang sama yaitu bentuk kapsul. 2. Mutu benih pada sumber benih SHS lebih baik daripada sumber benih petani. Hal ini dikarenakan sumber benih SHS memiliki nilai rata-rata yang lebih baik dibandingkan sumber benih petani pada semua variabel pengamatan. Begitupun pada nilai koefisien keragaman, semua variabel pengamatan pada sumber benih SHS lebih rendah daripada sumber benih petani. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman pada sumber benih SHS lebih seragam daripada sumber benih petani. 3. Hasil polong segar pada sumber benih SHS lebih baik daripada sumber benih petani. Hasil konversi potensi produksi polong buncis varietas Spektaculer pada sumber benih SHS menghasilkan nilai total sebesar 6,48 ton/ha, sedangkan pada sumber petani menghasilkan nilai total sebesar 4,