Analisis Klaster Ketahanan Pangan Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Main Author: | Ismi, Laily Dwi Khusnatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161830/1/LAILY%20DWI%20KHUSNATUL%20ISMI.pdf http://repository.ub.ac.id/161830/ |
Daftar Isi:
- Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan dan distribusi pangan serta subsistem konsumsi. Ketersediaan dan distribusi memfasilitasi pasokan pangan yang stabil dan merata ke seluruh wilayah, sedangkan subsistem konsumsi memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap anggota keluarga. Ketahanan pangan berdasarkan UU Pangan No. 18 tahun 2012 menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu penyangga Provinsi Jawa Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat. Disamping kemajuan yang dialami oleh Kabupaten Sidoarjo dengan memiliki jumlah industri yang banyak tersebut tidak dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Hal ini terlihat dari persentase jumlah pengangguran yang mengalami peningkatan sebesar 6,3% pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Sidoarjo, 2016). Adanya jumlah pengangguran yang meningkat tersebut menyebabkan angka kemiskinan juga semakin meningkat. Meningkatnya angka kemiskinan tersebut menggambarkan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat masih ada yang tergolong rendah akibat dampak dari suatu perubahan ekonomi.Upaya dalam mengatasi masalah kerawanan pangan di Kabupaten Sidoarjo perlu dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan ketahanan pangan yang kuat. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis indikator ketahanan pangan tingkat desa di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang telah ditetapkan secara nasional yaitu berdasarkan FSVA (Food Insecurity and Vulnarability Atlas of Indonesia) 2009 dengan menggunakan analisis klaster yang digunakan untuk mengetahui desa mana saja yang memiliki kesamaan tingkat kerawanan pangan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan basis data yang terkait indikator ketahanan pangan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2016. Hasil analisis data ketahanan pangan tersebut nantinya akan diketahui bagaimana kondisi ketahanan pangan di lokasi penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis klaster dengan menggunakan SPSS. Analisis klaster digunakan untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan desa-desa berdasarkan indikator ketahanan pangan.ii Kondisi indikator ketahanan pangan di Kabupaten Sidoarjo pada masingmasing indikator memiliki kategori yang berbeda-beda. Indikator konsumsi normatif masuk ke dalam kategori tahan dan sangat tahan, indikator ratio layanan toko masuk ke dalam kategori sangat tahan dan agak rawan, indikator lahan tidak beririgasi masuk ke dalam kategori agak rawan, tahan dan sangat tahan, indikator pengangguran masuk ke dalam kategori sangat tahan dan tahan, indikator KK miskin masuk ke dalam kategori cukup tahan dan agak rawan, indikator RT tidak akses listrik masuk ke dalam kategori sangat tahan dan sangat rawan, indikator kematian bayi masuk ke dalam kategori sangat tahan dan sangat rawan, indikator RT tidak akses air bersih masuk ke dalam kategori sangat tahan dan sangat rawan, indikator balita gizi buruk masuk ke dalam kategori sangat tahan dan sangat rawan, indikator penduduk buta huruf masuk ke dalam kategori sangat tahan dan indikator penduduk tidak tamat SD masuk ke dalam kategori sangat tahan. Tipologi Kabupaten Sidoarjo berdasarkan ketahanan pangan dibagi menjadi 4. Klaster pertama pada penelitian ini beranggotakan 344 desa yang berada di wilayah penelitian, namun pada klaster pertama ada dua desa yang terkena dampak bencana lumpur lapindo yaitu desa Mindi dan Kedungbendo yang membuat desa-desa tersebut kehilangan sarana dalam ketersediaan, akses serta penyerapan akan pangannya. Indikator penciri dari klaster satu adalah RT tidak akses listrik, RT tidak akses air bersih dan penduduk buta huruf. Klaster kedua ini beranggotakan 3 desa, yaitu Desa Kedung Peluk, Desa Besuki dan Desa Kupang, dari ketiga desa tersebut desa Besuki merupakan desa yang terkena dampak bencana lumpur lapindo yang membuat desa tersebut tidak bisa memperoleh ketersediaan, akses serta penyerapan akan pangannya. Indikator penciri utama pada klaster kedua ini adalah konsumsi normatif, penduduk buta huruf dan penduduk tidak tamat SD. Klaster ketiga pada penelitian ini beranggotakan 5 desa yaitu, Desa Pejarakan, Desa Siring, Desa Renokenongo, Desa Jati Rejo dan Desa Mulyodadi. Secara administratif dari kelima desa tersebut ada empat desa yang terkena dampak bencana lumpur lapindo yaitu desa Pejarakan, Siring, Renokenongo dan Jatirejo. Akibat bencana tersebut membuat keempat desa tersebut tidak bisa memperoleh ketersediaan, akses serta penyerapan akan pangannya guna memperoleh suatu ketahanan pangan. Indikator yang menjadi penciri utama pada klaster ini adala RT tidak akses listrik, RT tidak akses air bersih dan penduduk buta huruf. Klaster keempat pada penelitian ini menghasilkan anggota sebanyak 2 desa yaitu, Desa Wage dan Desa Tambak. Indikator yang menjadi penciri utama pada klaster keempat ini adalah lahan tidak beririgasi, pengangguran, IMR, penduduk buta huruf dan penduduk tidak tamat SD.