Jarak Genetik 47 Aksesi Plasma Nutfah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Introduksi Asal Kamerun Bedasarkan Karakter Morfologi
Main Author: | Wandita, Tiara Septika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161658/1/Tiara%20Septika%20Wandita.pdf http://repository.ub.ac.id/161658/ |
Daftar Isi:
- Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditi perkebunan yang mempunyai peran penting dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia, khususnya aspek perekonomian dalam negeri. Hal tersebut ditunjang dengan meningkatnya permintaan minyak sawit dunia untuk kebutuhan pangan (edible oil), industri (oleochemical), dan sumber energi alternatif berbasis biodiesel. Pengembangan industri kelapa sawit memerlukan beberapa upaya untuk mencapai peningkatan produktivitas nasional, salah satunya adalah pemanfaatan benih unggul bermutu didukung oleh ketersediaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang mempunyai tingkat keragaman genetik yang tinggi. Upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan kelapa sawit di Indonesia adalah melalui karakterisasi kelapa sawit intoduksi dari luar negeri. Mengingat hal tersebut maka diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai analisis jarak genetik antar aksesi kelapa sawit introduksi asal Kamerun berdasarkan karakter morfologi untuk memperkaya genetik. Penelitian dilaksanakan Afdeling 3 kebun benih unit Adolina PTPN IV di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai dan laboraturium analisa bahan tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang terletak di Jl. Brigjen Katamso No. 5, Medan, Sumatera Utara, yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan Maret 2018. Pengamatan tunggal dilakukan pada 47 aksesi kelapa sawit introduksi asal Kamerun yang ditanam pada 13-15 Desember 2010 dan 10 tanaman kelapa sawit varietas PPKS 540 sebagai variabel pembanding. Analisis data yang digunakan adalah deskripsi tanaman untuk mengetahui karakter morfologi tanaman serta analisis jarak genetik. Analisis jarak genetik menggunakan analisis PCA dan analisis klaster. Adapun hasil yang diperoleh yaitu berdasarkan hasil PCA (Principal Componen Analysis) mereduksi karakter yang diamati menjadi enam komponen utama yang mempunyai eigen value > 1 dan mampu menjelaskan keragaman materi yang diuji sebesar 73,8%. Berdasarkan analisis kluster diperoleh jarak genetik 47 aksesi kelapa sawit asal Kamerun sebesar 57%. Hasil tersebut lebih besar dibandingkan dengan hasil analisis data jarak genetik DxP PPKS 540 yaitu sebesar 16%. Hal ini membuktikan bahwa jarak genetik aksesi asal Kamerun lebih besar dibandingkan dengan varietas DxP PPKS 540. Perbedaan itu disebabkan karena aksesi Kamerun masih tanaman liar dan belum dilakukan seleksi. Berbeda dengan varietas DxP PPKS 540 yang merupakan hasil seleksi beberapa kali. Dapat disimpulkan bahwa, bila jarak genetik antar aksesi semakin jauh, maka semakin luas pula kergaman genetik antara karakter yang diamati. Bila keragaman genetik semakinv luas maka semakin besar pula peluang untuk keberhasilan seleksi dalam meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan.