Analisis Kinerja Pasar Bawang Merah Di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang

Main Author: Prambudi, Setio
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/161656/1/SETIO%20PRAMBUDI.pdf
http://repository.ub.ac.id/161656/
Daftar Isi:
  • Komoditas hortikultura merupakan komoditas penting dalam pembangunan pertanian yang terus bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Pasar produk komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri. Di lain pihak, konsumen juga semakin menyadari arti penting produk hortikultura yang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan semata, tetapi juga mempunyai manfaat untuk kesehatan, estetika dan menjaga lingkungan hidup. Salah satu sub sektor komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi adalah komoditas bawang merah. Produksi bawang merah di Jawa Timur tersebar di beberapa Kabupaten antara lain: Nganjuk, Probolinggo, Sampang, Pamekasan, Bojonegoro, Pasuruan, dan Malang. Malang adalah salah satu sentra produksi bawang merah di Jawa Timur. Produksi di Kabupaten Malang sebesar 78.309 ton. Kontribusi tertinggi di Kabupaten Malang adalah Kecamatan Ngantang, dimana Kecamatan Ngantang memiliki kontribusi sebesar 76% dari keseluruhan produksi di Kabupaten Malang. Pemasaran bawang merah yang di lakukan oleh sebagian besar produsen di jual kepada pedagang besar dan tengkulak. Dikarenakan kuantitas yang cukup tinggi produsen harus memasarakan seluruh hasil produksinya ke pasar, agar bawang merah yang dihasilkan tidak mengalami penyusutan terlalu banyak. Hal ini menyebabkan petani tidak punya bargaining position dalam pemasaran bawang merah. Disetiap pemasaran bawang merah lembaga pemasaran juga melakukan fungsi – fungsi pemasaran yang berbeda - beda. Setiap fungsi pemasaaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terdapat biaya pemasaran yang dikeluarkan. Biaya pemasaran yang dikeluarkan biasanya oleh pihak lembaga pemasaran akan dibebankan kepada konsumen atau petani (produsen) bawang merah yaitu dengan cara meningkatkan harga jual kepada konsumen atau memperkecil bagian untuk produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Harga pada komoditas bawang merah mengalami fluktuasi. Fluktuasi harga tersebut pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara volume permintaan dan penawaran dimana tingkat harga meningkat jika volume permintaan melebihi penawaran dan sebaliknya. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena selain banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, informasi yang tersedia untuk semua pihak masih relatif kurang, kemudian kelemahan dalam mencari dan menentukan peluang pasar serta belum kuatnya segmentasi pasar. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menganalisis saluran dan fungsi pemasaran bawang merah di Desa Purworejo, menganalisis marjin pemasaran pasar bawang merah di Desa Purworejo, dan menganalisis integrasi pasar bawang merah di Desa Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian deskriptif yangdilakukan secara sengaja (purposive) di Desa Purworejo dengan penentuan responden menggunakan metode non probability sampling dan penentuan responden lembaga pemasran menggukana metode snowball sampling, sehingga responden petani bawang merah yang diperoleh sebanyak 40 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggnakan teknik analisis saluran pemasaran, analisis marjin pemasaran, dan analisis korelas harga. Hasil penelitian terhadap kinerja pasar bawang merah di Desa Purworeja, dapat dalam penelitian ini adalah terdapat tiga saluran pemasaran pada distribusi bawang merah di Desa Purworejo. Saluran terpanjang yaitu pada saluran I dan II, namun saluran pemasaran I diasumsikan sebagai saluran pemasaran terpanjang karena keterlibatan lembaga pemasaran di Luar Kabupaten Malang pada saluran II tidak menjadi obyek penelitian. Lembaga pemasaran yang terlibat di antara nya adalah Pedagang besar, pengecer (pada saluran I), serta tengkulak (pada saluran II) sedangkan pada saluran III petani menjual secara langsung kepada konsumen tanpa perantara. Selain itu, petani dan lembaga pemasaran juga melakukan fungsi- fungsi pemasaran selain melakukan fungsi pertukaran juga melakukan fungsi fisik dan fungsi fasilitas yang mana keputusan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut berbeda antar lembaga pemasaran. Kinerja pemasaran juga dapat dikur dengan perhitungan margin pemasaran yang meliputi nilai margin dan juga share harga dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Kinerja pemasaran bawang merah yang paling efisien terdapat pada saluran III dengan nilai margin sebesar Rp 4.846/Kg, dan share harga yang diterima petani sebesar 64,10%. Saluran III memiliki nilai margin terendah dengan share tertinggi. Hal ini berimplikasi dari semakin rendah margin pemasaran, maka semakin besar bagian yang diterima petani, berarti kinerja pasar dikatakan efisien. Tanda positif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pengecer (Pr) adalah hubungan yang berbanding lurus namun menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Sedangkan adanya hubungan yang positif antara harga di tingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pengecer (Pr) sebesar 0,366. Hal tersebut karena banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, serta informasi pasar yang tersedia untuk semua pihak masih relatif kurang, kemudian kelemahan dalam m