Analisis Risiko Terhadap Perilaku Pengusaha Home Industry Tempe Di Kecamatan Blimbing, Kota Malang

Main Author: Sholikhah, Habibatus
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/161639/1/HABIBATUS%20SHOLIKHAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/161639/
Daftar Isi:
  • Home industry tempe di Kecamatan Blimbing, Kota Malang merupakan salah satu usaha yang berpotensi terhadap ketidakpastian atau risiko usaha. Risiko yang dihadapi oleh pengusaha tempe adalah risiko pasar dan risiko produksi. Adanya risiko tersebut dapat menyebabkan pendapatan yang diperoleh pengusaha tempe akan berkurang. Sehingga tingkah laku pengambilan risiko sangat penting untuk dilakukan oleh seorang entrepreneur karena hal tersebut dapat bermanfaat sebagai sarana pengembangan usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi sumber - sumber risiko pada usaha tempe di Kecamatan Blimbing, (2) Menganalisis tingkat risiko pada usaha tempe di Kecamatan Blimbing, (3) Menganalisis tingkat risiko terhadap perilaku pengusaha tempe di Kecamatan Blimbing. Data yang digunakan merupakan data primer yang dimbil dari kegiatan wawancara pada 24 responden pengusaha tempe di Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Data tersebut dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menjawab tujuan pertama. Selain itu data juga dianalisis menggunakan metode Coefisien Variasi (CV) dan Batas Bawah (L) untuk menjawab tujuan kedua dan menggunakan metode N-M Bernoulli untuk menjawab tujuan ketiga. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pada usaha tempe di Kecamatan Blimbing, Kota Malang terdapat sumber-sumber risiko yang menimbulkan kerugian usaha yaitu risiko pasar dan risiko produksi. Risiko pasar yang sangat berisiko diantaranya: a) harga bahan baku kedelai fluktuatif, b) permintaan tempe fluktuatif, c) sisa penjualan tempe. Sedangkan risiko produksi diantaranya: a) perubahan cuaca yang ekstrim, b) kualitas kedelai yang tidak baik, c) ruang fermentasi yang kurang baik. Setelah dianalisis menggunakan metode Coefisien Variasi (CV) dan Batas Bawah (L) dapat dibuktikan bahwa usaha tempe tersebut berpeluang terhadap risiko. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,91 dan nilai Batas bawah (L) -234.414,15, dimana nilaiii tersebut sesuai dengan kriteria pengukuran risiko apabila CV > 0,5 atau L < 0 maka usaha tersebut dapat dikatakan berisiko. Sedangkan analisis perilaku pengusaha dalam menghadapi risiko menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku netral terhadap risiko (Risk Neutral) yaitu sebesar 58,33%. Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa perilaku pengusaha tempe di Kecamatan Blimbing, Malang berkriteria Risk Averter di tolak. Apabila dilihat hubungannya dengan pendapatan maka dapat dijelaskan bahwa responden yang berperilaku Risk Neutral memperoleh rata-rata pendapatan yang paling tinggi, sedangkan responden yang berperilaku Risk Lover justru memperoleh rata-rata pendapatan yang paling rendah. Hal tersebut berbeda dengan teori dalam buku Soekartawi yang menyatakan bahwa semakin besar pendapatan yang diterima oleh produsen, maka akan cenderung berperilaku menerima risiko (Risk Lover)