Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pupuk Organik Di Pt Mba
Main Author: | Iftitah, Nur Annisa |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161628/1/NUR%20ANNISA%20IFTITAH.pdf http://repository.ub.ac.id/161628/ |
Daftar Isi:
- Sistem penjualan pupuk kimia dan organik yang sudah dipaket, memberikan dampak positif terhadap kenaikan permintaan akan kedua jenis pupuk tersebut, salah satunya ialah pupuk Petroganik dari PT Petrokimia Gresik. Untuk memenuhi kenaikan permintaan akan pupuk organik, PT Petrokimia Gresik bermitra dengan PT MBA, Malang. Bahan baku yang digunakan PT MBA terdiri dari lima jenis, yakni kotoran ayam, kotoran sapi, blotong, filler dan mixtro. Akan tetapi, muncul masalah dalam pemenuhan blotong dan kotoran sapi. Blotong hanya didapatkan saat pabrik gula giling, sedangkan penawaran bahan baku kotoran sapi hanya sedikit dan PT MBA harus berebut sehingga biaya pembeliannya tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang dapat memimalisir tingginya biaya tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilakukan di perusahaan pupuk organik, yakni PT MBA. Responden dalam penelitian ialah seluruh manajer kantor di PT MBA. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi literatur dan dokumentasi, sedangkan metode analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis komparatif, dan analisis sensitivitas. Metode analisis komparatif dilakukan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Tujuan penggunaan metode EOQ ialah untuk mengoptimalkan jumlah bahan baku sehingga total biaya persediaan bahan baku dapat diminimalkan. Selain itu, juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui apakah perubahan permintaan sensitif atau tidak terhadap kenaikan total biaya persediaan bahan baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengendalian persediaan bahan bakunya, PT MBA belum secara ekonomis. Hal ini bisa dilihat pada total biaya persediaan metode konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan metode EOQ yakni Rp 886.620 dalam satu kali produksi. Namun, jika menggunakan metode EOQ, total biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp 217.332,61 dalam satu kali produksi. PT MBA dapat melakukan pemesanan bahan baku kembali (reorder point) saat persediaan bahan baku mixtro tersisa 937,5 kg dan filler sebesar 2.812,5 kg. Namun, reorder point untuk bahan baku kotoran ayam, kotoran sapi, dan blotong jauh lebih besar yakni 9.375 kg. Persediaan pengaman (safety stock) yang harus dimiliki oleh PT MBA ialah sebesar 523.325,55 kg dalam satu kali produksi. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa ketika ada perubahan permintaan produk (penurunan dan peningkatan) sebesar 10%, estimasi EOQ yang digunakan dalam penelitian ini tidak sensitif terhadap kenaikan total biaya persediaan bahan baku.