Stereotype Gender Dalam Kegiatan Budidaya Bunga Krisan (Studi Di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu)
Main Author: | Audina, Meliza Mega |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161586/1/Meliza%20Mega%20Audina.pdf http://repository.ub.ac.id/161586/ |
Daftar Isi:
- Gender merupakan pembedaan antara laki-laki dengan perempuan akibat dari konstruksi sosial yang membentuk identitas laki-laki dan perempuan serta pola perilaku dan kegiatan yang menyertainya. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari adanya sistem dan strukur tersebut. Dari beberapa bentuk ketidakadilan gender salah satunya yang masih terjadi di masyarakat adalah stereotype gender terhadap perempuan. Pekerjaan yang diperuntukkan bagi laki-laki umumnya dianggap sesuai dengan kapasitas biologis, psikologis, dan sosial sebagai kaum laki-laki. Karena laki-laki secara umum dikonsepsikan sebagai orang yang memiliki otot lebih kuat, tingkat resiko dan bahayanya lebih tinggi karena bekerja di luar rumah, dan tingkat ketrampilan dan kerjasamanya lebih tinggi. Sedangkan pekerjaan yang diperuntukkan bagi perempuan yang dikonsepsikan sebagai orang yang lemah dengan tingkat resiko lebih rendah, cenderung bersifat mengulang, dan tidak memerlukan, membuat tingkat ketrampilan perempuan dianggap rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Stereotype gender masih terjadi di sektor pertanian salah satunya di Desa Sidomulyo. Desa Sidomulyo merupakan salah satu desa di Kota Batu yang masyarakatnya banyak melakukan kegiatan pertanian pada komoditas hortikultura khususnya bunga krisan. Sebagian besar perempuan tani mengandalkan pekerjaannya tersebut sebagai mata pencaharian utama, meskipun peran dalam kegiatan produktifnya hanya dinilai untuk membantu suami dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Pekerjaan perempuan tani dalam kegiatan budidaya khususnya bunga krisan dianggap sebagai pekerjaan yang sesuai dengan perempuan, karena bunga identik dengan perempuan yang memiliki paras cantik dan butuh ketelatenan dalam melakukan perawatan. Selain itu perempuan tani dalam kegiatan budidaya umumnya melakukan kegiatan yang ringan karena perempuan dianggap tidak memiliki tenaga yang kuat seperti laki-laki. Hal tersebut dapat merugikan kaum perempuan dan melahirkan ketidakadilan gender pada perempuan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive (sengaja). Peneliti memilih desa Sidomulyo karena sudah melakukan tinjauan lokasi sebelumnya dan menemukan permasalahan. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret 2018. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan metode snowball sampling. Sampel yang diperoleh dari metode snowball sampling dengan cara proses bergulir dari satu informan ke informan yang lain. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Alat analisis pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis gender model hardvard. Analisis deskriptif kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu kondensasi data (data condentation), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclutions). Analisis Gender Model Harvard digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyekii pembangunan yang mengutarakan perlunya tiga komponen interelasi satu sama lain, yaitu profil aktivitas, profil akses dan kontrol, dan profil manfaat. Hasil pada penelitian ini yaitu petani informan laki-laki lebih mendominasi pada kegiatan produktif sedangkan petani informan perempuan lebih mendominasi pada kegiatan reproduktif. Pada kegiatan sosial laki-laki dan perempuan tidak ada yang mendominasi. Akses terhadap sumber daya pada kegiatan produktif lebih didominasi oleh laki-laki sehingga laki-laki memiliki peluang lebih besar dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Sedangkan akses terhadap kegiatan reproduktif, laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama. Kontrol terhadap sumber daya dalam kegiatan produktif lebih didominasi oleh laki-laki sehingga laki-laki memiliki wewenang penuh terhadap penggunaan sumber daya yang tersedia. Berbeda pada kegiatan reproduktif, perempuan lebih mendominasi terhadap pengambilan keputusan dalam rumah tangga khususnya pada pendapatan keluarga. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan budidaya bunga krisan digunakan oleh laki-laki maupun perempuan. Pengetahuan dan ketrampilan yang diterima oleh petani informan lebih didominasi oleh laki-laki, sedangkan pengguna manfaat dari pendapatan digunakan oleh laki-laki dan perempuan termasuk dengan anggota keluarga yang tinggal bersama petani informan.