Leverage Keuangan Dan Kelayakan Finansial Usaha Pada Petani Jeruk Manis (Citrus Sinensis) Pengguna Kredit Mikro

Main Author: Dzikronah, -
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/161430/1/DZIKRONAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/161430/
Daftar Isi:
  • Tren kebutuhan jeruk saat ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi tubuh. Hal ini menjadikan jeruk sebagai komoditas yang menjadi prioritas pengembangan karena memberikan keuntungan besar dan menjadi sumber pendapatan petani, serta dapat meningkatkan kesejahteraannya. Namun adanya pendapatan petani dari budidaya jeruk belum menjadikan petani mandiri dalam pengadaan modal untuk usahatani berikutnya. Petani jeruk masih bergantung terhadap adanya kredit karena mayoritas petani cenderung bersifat konsumtif ketika panen tiba, dan kurang baik dalam mengelola pendapatannya, sehingga selalu membutuhkan pinjaman modal untuk usahatani berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis leverage keuangan usahatani jeruk manis yang menggunakan kredit, (2) menganalisis kelayakan finansial usahatani jeruk manis yang menggunakan kredit, dan (3) menganalisis kepekaan kelayakan finansial usahatani jeruk manis terhadap perubahan beberapa aspek finansial. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2018 dengan data primer dan sekunder. Analisis yang digunakan meliputi analisis leverage, kelayakan finansial, dan sensitivitas usahatani dengan switching value. Berdasarkan analisis leverage, petani yang meminjam pada koperasi memiliki kondisi keuangan yang paling baik dibandingkan dengan petani yang meminjam di KUR dan kredit musiman. Kondisi tersebut bergantung pada jumlah utang, aset, beban sewa, dan beban bunga. Analisis kelayakan finansial usahatani jeruk manis dengan program kredit yang berbeda dikatakan layak dengan nilai kelayakan yang berbeda-beda. Usahatani dengan pinjaman modal dari KUR dikatakan paling layak dilihat dari nilai NPV dan IRR, sedangkan usahatani dengan pinjaman modal dari kredit koperasi dikatakan paling layak dlihat dari nilai Net B/C dan Payback period-nya. Usahatani dengan pinjaman modal dari kredit musiman memiliki kelayakan yang paling rendah. Usahatani yang paling sensitif berdasarkan analisis switching value pada komponen outflow berturut-turut adalah usahatani dengan pinjaman modal pada kredit musiman, KUR, dan kredit koperasi. Sedangkan pada komponen inflow, usahatani yang paling sensitif berturut-turut adalah usahatani dengan pinjaman modal pada kredit musiman, kredit koperasi, dan KUR.