Respons Imun Udang Putih Litopenaeus vannamei dengan Pemberian Ekstrak Chaetoceros ceratosporum terhadap Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Main Author: | Saraswati, Erika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161092/ |
Daftar Isi:
- Masalah utama penyebab kegagalan budidaya udang antara lain adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh parasit, virus dan bakteri, salah satunya adalah virus Infectious Myonecrosis (IMNV). Upaya yang dilakukan untuk pengendalian penyakit pada budidaya udang salah satunya adalah dengan pencegahan timbulnya penyakit, melalui peningkatan sistem pertahanan tubuh udang. Chaetoceros ceratosporum merupakan salah satu mikroalga golongan diatom yang berpotensi menghasilkan senyawa yang bersifat imunostimulan. Senyawa karbohidrat, gula, lipopolisakarida, atau turunan polisakarida lainnya dapat dihasilkan dari ekstraksi Chaetoceros. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak C. ceratosporum dapat meningkatkan respons imun udang L. vannamei, bagaimana karakteristik senyawa ekstrak C. ceratosporum yang dapat meningkatkan respons imun udang L. vannamei, berapakah dosis optimum yang dapat meningkatkan respons imun dan profil jaringan udang L.vannamei yang diinfeksi IMNV dan berapa harikah selang pemberian ulang ekstrak C. ceratosporum yang dapat mempertahankan respons imun sehingga dapat meningkatkan kelulushidupan udang L. vannamei terhadap infeksi IMNV. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: I. Uji respons hemosit dan kelulushidupan udang L. vannamei dengan pemberian ekstrak C. ceratosporum dan karakterisasi senyawa aktifnya, II. Perbedaan dosis penyuntikan ekstrak C. ceratosporum terhadap respons imun dan histopatologi udang L. vannamei yang diinfeksi IMNV, dan III. Perbedaan selisih waktu pengulangan injeksi ekstrak C. ceratosporum pada udang L. vannamei terhadap infeksi IMNV. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang diberikan pada tahap I dan II adalah perbedaan dosis penyuntikan ekstrak C. ceratosporum. Pada tahap I dosis yang diberikan adalah 0, 10, 50, 100, 500 dan 1000 μg g-1 berat badan udang, sedangkan dosis yang diberikan pada tahap II adalah 0, 5, 10, 15, 20 μg g-1 berat badan udang, dengan kontrol positif dan negatif. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan terhadap parameter respons imun yang meliputi total hemosit (THC), differencial hemosit (DHC), aktivitas phenoloxidase, aktivitas respiratory burst, total protein plasma, dan histopatologi jaringan udang L. vannamei sebelum dan setelah diinfeksi IMNV serta kelulushidupan udang yang diamati pada akhir penelitian. Perlakuan yang diberikan pada tahap III adalah perbedaan selisih waktu pemberian ulang ekstrak C. ceratosporum, yaitu selisih 3, 5, dan 7 hari serta tanpa pemberian ulang. Setiap perlakuan diulang tiga kali, dengan parameter pengamatan kelulushidupan dan THC yang diamati di akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak C. ceratosporum bersifat imunostimulan dan dapat meningkatkan respons imun dan kelulushidupan udang L. vannamei. Ekstrak C. ceratosporum mengandung senyawa lipopolisakarida yang ditandai dengan terekspresinya senyawa turunan polisakarida yaitu ramnosa, D-fucosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, sukrosa, maltosa, laktosa, L-arabinosa, maltotriosa, maltotetraosa, asam glukoronat, glukosamin, dan oligosakarida sulfat, serta mengandung asam pentadekanoat. Pemberian ekstrak C. ceratosporum yang mengandung LPS berpengaruh sangat nyata terhadap parameter respon imun udang L. vannamei. LPS pada ekstrak C. ceratosporum meningkatkan proses degranulasi hemosit sehingga meningkatkan THC, DHC, TPP, aktivitas fagositosis, aktivitas phenoloxidase, dan antivitas respiratory burst udang L. vannamei yang diinfeksi IMNV sehingga respon imunnya meningkat.Selain itu juga berpengaruh pada perubahan histopatologi jaringan insang, hepatopankreas, limpoid organ dan otot udang L. vannamei. Kandungan LPS dan asam pentadekanoat dalam ekstrak C. ceratosporum meningkatkan proliferasi sel hemosit sehingga meningkatkan sistem imun udang L. vannamei yang diinfeksi IMNV, melalui peningkatan limpoid organ speroid. Dosis optimal yang dapat meningkatkan respons imun, kelulushidupan dan profil jaringan udang L. vannamei terhadap infeksi IMNV adalah 15 μg g-1 berat badan udang. Interval pemberian ulang ekstrak C. ceratosporum yang menghasilkan THC dan kelulushidupan tertinggi pada penelitian in adalah tujuh hari sekali.