Evaluasi Nilai Nutrisi Rumput Benggala Teramoniasi dan Ampas Sagu Terfermentasi dalam Pakan Komplit terhadap Penampilan Kambing Kacang
Main Author: | Tuturoong, RonnyAV |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161081/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk m engevaluasi nilai nutrisi rumput Benggala teramoniasi (RBA) dengan urea dan ampas sagu terfermentasi (ASF) dengan Pleurotus ostreatus dalam pakan komplit sebagai pakan ruminansia terhadap penampilan kambing Kacang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Penelitian t ahap I terdiri dari 2 percobaan. Penelitian Tahap I.1. bertujuan mendapatkan level penggunaan urea dan waktu inkubasi optimal yang menghasilkan nilai nutrisi terbaik pada rumput Benggala. Desain yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial 4x4. Faktor 1 level urea (0, 2, 4, 6 %) dan faktor 2 waktu inkubasi (0, 7, 14, 21 hari), masing masing diulang 4 kali. Variabel yang diamati adalah kandungan nutrien: bahan kering (BK), protein kasar (PK), komponen serat: neutral detergent fibre (NDF), acid detergent fibre (ADF), selulosa, hemiselulosa, lignin dan kecernaan in vitro : kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO). Penelitian Tahap I.2. bertujuan mendapatkan lama inkubasi yang optimal dalam proses fermentasi dengan Pleurotus ostreatus pada ampas sagu yang menghasilkan nilai nutrisi tertinggi. Penelitian ini menggunakan RAL (4 perlakuan dengan 3 ulangan). Variabel yang diamati adalah kandungan nutrien: BK, BO, PK, komponen serat: NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa, lignin dan kecernaan in vitro : KcBK dan KcBO . Penelitian Tahap 2 terdiri dari 2 percobaan. Penelitian Tahap II.1. bertujuan mendapatkan pakan komplit yang menggunakan kombinasi rumput Benggala teramoniasi (RBA) dan ampas sagu terfermentasi (ASF) yang menghasilkan KcBK, KcBO yang tinggi dan produk fermentasi yang optimal (pH, produksi gas, NH 3 , VFA dan ESPM) secara in vitro . Nilai nutrisi RBA terbaik pada penelitian I.1 dan nilai nutrisi ASF terbaik pada penelitian I.2. diformulasikan dengan proporsi berbeda dalam pakan komplit dengan komposisi: RBA+ASF sebesar 50%, daun gamal (G) 10% dan kosentrat (K) yang berbahan baku lokal: jagung, bekatul, bungkil kelapa dan tepung ikan 40% dengan isoprotein 12%. Desain yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan pakan komplit dan 4 ulangan. Pakan perlakuan terdiri atas: P 0 = RBA50% + ASF 0% + G 10% + K40% , P 12,5 = RBA 37,5% + ASF 12,5% + G10% + K40% , P 25 = RBA 25% + ASF25% + G10% + K40% , P 37,5 = RBA 12,5% + ASF 37,5% + G 10%+ K 40% , P 50 = RBA 0% + ASF 50%+ G 10%+ K 40%. Variabel yang diamati adalah pH, total produksi gas, konsentrasi NH 3 , konsentrasi volatile fatty acid (VFA), efisiensi sintesa protein mikroba (ESPM), KcBK dan KcBO. Penelitian T ahap II.2. bertujuan untuk mendapatkan pakan komplit yang menggunakan kombinasi rumput Benggala teramoniasi (RBA) dan ampas sagu terfermentasi yang menghasilkan penampilan kambing Kacang yang optimal (konsumsi, kecernaan, konsumsi tercerna, Retensi N, PBBH dan konversi pakan). Desain yang digunakan adalahRAK dengan 4 kelompok kambing Kacang berdasarkan bobot badan (11,6 – 15,0 kg) dan 5 perlakuan pakan komplit seperti pada perlakuan Tahap II.1. Variabel yang diamati adalah konsumsi BK (KBK), konsumsi BO (KBO) dan konsumsi PK (KPK), KcBK, KcBO KcPK, konsumsi BK tercerna (KBKT), konsumsi BO tercerna (KBOT), konsumsi PK tercerna (KPKT), retensi N, pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan konversi pakan. Hasil penelitian Tahap I.1 menunjukkan bahwa RBA yang terbaik adalah kombinasi perlakuan amoniasi dengan level urea 6% dan waktu inkubasi 21 hari. Hal ini karena terjadi peningkatkan secara nyata (P<0,05) kandungan BK dari 36,34% menjadi 38,96%, PK dari 4,92% menjadi 9,12%, penurunan kandungan lignin secara nyata (P<0,05) dari 13,52% menjadi 10,59%; selulosa meningkat dari 51,70% menjadi 53,90% dan hemiselulosa meningkat dari 21,63% menjadi 22,12%. Hasil analisis secara in vitro menunjukkan bahwa KcBK meningkat secara nyata (P<0,05) dari 41,4% menjadi 50,49% dan KcBO dari 39,79% menjadi 49,92%. Peningkatan nilai nutrisi tersebut disebabkan oleh kenaikan PK dan penurunan kandungan lignin.