Potensi Hijauan Leguminosa Herba Sebagai Suplemen Protein Pakan Sapi Bali Di Daerah Kering

Main Author: Ratnawaty, Sophia
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/161076/
Daftar Isi:
  • Pemeliharaan ternak sapi bagi petani di Timor adalah pola tradisional yang mengandalkan sumber pakan ternak dari rumput alam di lahan penggembalaan. Pola ini dilaksanakan dengan biaya produksi yang relatif murah dan penggunaan tenaga yang minim, produktivitas ternak sapi dengan sistem ini berfluktuasi mengikuti musim. Pada musim hujan ketika produksi hijauan melimpah, ternak mengalami peningkatan bobot badan sebaliknya pada musim kemarau ketika produksi dan kualitas hijauan menurun terjadi penurunan bobot badan. Di Pulau Timor, cukup banyak spesies leguminosa pohon antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), kelor (Moringa oleifera) dan beberapa spesies leguminosa herba (Clitoria ternatea, Centrosema dan Stylossanthes). Hijauan pakan ternak yang tumbuh pada padang rumput alam di Timor didominasi oleh jenis rumput-rumputan alam (native grass) yang produksi dan kualitasnya sangat rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan kualitas padang rumput alam dengan melakukan introduksi tanaman leguminosa herba seperti Clitoria ternatea Q5455 (CT Q5455), Clitoria ternatea cv.Milgarra (CT cv. Milgarra), Centrosema pascuorum cv.Bundey (CP cv. Bundey), Centrosema molle (C.molle), Macroptilium bracteatum cv.Juanita (MB cv. Juanita), Macroptilium bracteatum cv.Cadaarga (MB cv. Cadaarga), Lablab purpureus cv. Highworth (LP cv. Highworth) dan Stylossanthes seabrana (S seabrana). Jenis-jenis leguminosa tersebut dipilih karena termasuk tanaman tahunan yang mampu tumbuh, berkembang dan berproduksi sampai dengan puncak musim kemarau, yang diharapkan akan menyediakan hijauan pakan ternak sebagai sumber protein pada musim kemarau dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Memilih delapan leguminosa herba menjadi tiga leguminosa herba berdasarkan produktivitasnya (produksi dan nilai nutrisi), 2) Memilih diantara tiga leguminosa herba yang terbaik sebagai suplemen pada rumput lapangan terhadap penampilan sapi Bali. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dua tahap penelitian. Tahap I penelitian evaluasi potensi produksi dan nilai nutrisi pada beberapa jenis leguminosa herba dengan melakukan penanaman delapan jenis leguminosa herba yaitu CT Q5455, CT cv. Millgara, CP cv. Bundey, C.molle, MB cv. Juanita, MB cv. Cadaarga, LP cv. Highworth. Penelitian tahap 1 untuk menjawab hipotesis 1 yaitu memilih tiga jenis leguminosa herba terbaik dari delapan jenis leguminosa herba yang ditanam berdasarkan produktivitasnya (BO tercerna). Penelitian Tahap II terdiri dari dua percobaan yaitu: a) Pengaruh penggunaan leguminosa herba dalam pakan terhadap kecernaan dan produk fermentasi (produksi gas, NH3, VFA, sintesis protein mikroba) secara in vitro (metode gas test). Percobaan 1 menjawab tujuan 2 membuktikan hipotesis 2 dan hasil yang diperoleh digunakan sebagai dasar penetapan jenis leguminosa herba yang memiliki respon kecernaan dan produk fermentasi terbaik dan pakan pada percobaan 1 diujicobakan secara in vitro pada percobaan 2. Percobaan 2 Pengaruh penggunaan leguminosa herba (CT cv Q5455, CT cv. Milgarra dan S seabrana) dalam pakan terhadap penampilan sapi Bali. Percobaan 2 ini untuk menjawab tujuan penelitian tahap 2.b membuktikan hipotesis 2.b. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai pedoman pemanfataan leguminosa herba pada pakan ternak ruminansia. Penelitian tahap I, materi yang digunakan adalah delapan jenis leguminosa herba. Metode penelitian yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 8 jenis leguminosa herba dan 4 kelompok berdasarkan arah kesuburan tanah, variabel yang diamati adalah produktivitas leguminosa herba yang meliputi produksi biomassa segar (BK, BO, PK) dan nilai nutrisi (kandungan nutrien BK, BO, PK, NDF, ADF, selulose, hemiselulose, lignin, tanin dan kecernaan in vitro BK, BO, PK). Penelitian II percobaan 1 uji in vitro pakan menggunakan 3 jenis leguminosa herba terbaik dalam pakan, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan pakan (P0= 100% rumput lapang, P1= 50% rumput lapang + 50% CT Q5455, P2= 50% rumput lapang + 50% CT cv. Milgarra, P3= 50% rumput lapang + 50% S seabrana), dengan 3 kelompok berdasarkan waktu pengambilan cairan rumen, variabel yang diamati : kecernaan in vitro (BK, BO, PK), produk fermentasi (produksi gas, pH, konsentrasi NH3, konsentrasi VFA), sintesis protein mikroba (metode produksi gas inkubasi 96 jam). Percobaan 2: uji in vivo dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan pakan (P0= 100% rumput lapang, P1= 50% rumput lapang + 50% CT Q5455, P2= 50% rumput lapang + 50% CT cv. Milgarra, P3= 50% rumput lapang + 50% S seabrana), dengan empat kelompok berdasarkan bobot badan, variabel yang diamati: kandungan nutrien bahan pakan, konsumsi nutrien pakan (KBK, KBO, dan KPK), kecernaan nutrien pakan (KcBK, KcBO dan KcPK), konsumsi nutrien tercerna (KBKT, KBOT dan KPKT), retensi nitrogen, pertambahan bobot badan (PBB). Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa jenis leguminosa herba memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi BK, BO dan PK hijauan pada 90 hari setelah tanam (HST) dan 120 HST. Produksi hijauan tertinggi pada 90 HST adalah CT cv. Milgarra dan terendah C.molle, sedangkan pada 120 HST tertinggi adalah S seabrana dan terendah LP cv.Highworth. Dari delapan jenis leguminosa herba yang ditanam, CT Q5455, CT cv. Milgarra, CP cv. Bundey, MB cv. Juanita, C.molle dan S Seabrana memperoleh produksi hijauan yang konsisten meningkat pada 90 HST dan 120 HST, sedangkan LP cv. Highworth dan MB cv. Cadaarga menurun pada 120 HST. Kandungan PK delapan jenis leguminosa herba berbeda tidak nyata (P>0.05) pada 90 dan 120 HST, namun berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap BK, SK dan LK. Kandungan PK delapan jenis leguminosa herba relatif sama yaitu berkisar antara 17,65 – 19,29%, terendah adalah S seabrana dan tertinggi pada CT cv. Milgarra pada umur 90 HST, namun terjadi penurunan kandungan PK pada umur 120 HST, kecuali pada S seabrana terjadi peningkatan PK yaitu sebesar 18,17%. Kandungan NDF, ADF, selulosa dan lignin dari delapan jenis leguminosa herba pada 120 HST berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan 90 HST, tertinggi adalah CP cv. Bundey pada umur 90 HST dibanding tujuh jenis leguminosa yang lain, pada umur 120 HST kandungan NDF delapan jenis leguminosa herba terjadi peningkatan dan hal ini konsisten dengan kandungan lignin, pada 120 HST kandungan ADF lebih tinggi dibanding pada 90 HST. Kandungan tanin tertinggi adalah S seabrana (21,10%), dan kandungan tanin terendah diperoleh pada leguminosa herba jenis MB cv. Cadaarga (10,38%). Jenis leguminosa herba memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kecernaan BK (KcBK) dan kecernaan BO (KcBO), namun memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan PK (KcPK), sedangkan pada pada umur 120 HST menunjukkan bahwa jenis leguminosa herba memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap KcBK dan KcBO, namun memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap KcPK, rata-rata KcBK dan KcBO LP cv. Highworth tertinggi baik pada 90 dan 120 HST, sementara pada 120 HST KcBK dan KcBO S. seabrana turun, dan terendah adalah CT Q5455 dan CT cv. Milgarra. Namun kecernaan PK CT Q5455 dan CT cv. Milgarra lebih tinggi dibanding leguminosa herba yang lain, kecuali dengan CP cv. Bundey. Produksi BK, BO dan PK tercerna baik pada umur 90 HST maupun 120 HST, tertinggi baik pada umur 90 HST maupun 120 HST adalah CT Q5455 dan CT cv. Milgarra. Sedangkan LP cv. Highworth dan MB cv. Cadaarga produksi BK,BO dan PK