Optimalisasi Sumber Daya Pakan Ternak dari Lahan Pertanian untuk Ruminansia di Daerah Pertanian Lahan Kering

Main Author: Handayanta, Eka
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/161068/
Daftar Isi:
  • Karakteristik sistem pertanian lahan kering pada umumnya lahannya kurang subur dan sumber airnya sangat tergantung pada air hujan, sehingga petani yang berusaha di lahan tersebut rentan terhadap resiko gagal panen. Sebagai upaya mengatasi resiko gagal panen, petani memelihara ternak ruminansia di dalam sistem usaha taninya. Untuk meningkatkan peran ternak ruminansia sebagai sumber pendapatan tambahan, terkendala oleh ketersediaan pakan ternak yang berfluktuasi dari waktu ke waktu akibat musim. Tingkat produktivitas ternak juga berfluktuasi dan tidak optimal, serta sulit menentukan jumlah ternak yang dapat dipelihara ( herd size ) sesuai ketersediaan pakan . Suatu paket komputasi JAVA program merupakan model perhitungan komputer yang mengaitkan antara konsumsi pakan dengan produktivitas ternak. Model ini telah diuji pada sistem pertanian di wilayah Jawa Timur dan hasilnya menunjukkan bahwa model ini dapat menghitung tingkat optimum penggunaan pakan di wilayah tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah model ini bisa diterapkan pada sistem pertanian lahan kering, maka penelitian ini dilaksanakan di wilayah kabupaten Gunungkidul, DIY. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pola ketersediaan pakan pada musim kemarau dan penghujan, (2) tingkat produksi sapi potong yang dapat dicapai, (3) hasil simulasi paket komputasi JAVA program , dan (4) tingkat penggunaan sumberdaya pakan yang optimum di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan selama 2 musim berturut-turut yakni April – September 2011 (kemarau) dan Oktober 2011 - Maret 2012 (penghujan), dengan lokasi penelitian di Desa Kemejing, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis laboratorium sampel bahan pakan (proksimat) dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian UNS Surakarta, sedangkan analisis kecernaan (BK dan BO in vitro ), dilaksanakan di laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura, Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. Sebanyak 17 orang petani peternak responden ditentukan secara purposive sampling , dengan pertimbangan masing-masing petani peternak : (1) memiliki sapi minimal 2 ekor, (2) jenis sapi PO, SimPO dan atau LimPO, (3) memiliki pengalaman memelihara sapi potong minimal 15 tahun, (4) setuju dan memberi ijin untuk menjadi objek penelitian dan (5) akses lokasi, secara teknis dapat digunakan sebagai lokasi pengambilan sampel, sesuai teknik pengambilan data yang bersifat partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA). Data yang diambil meliputi profil petani peternak, pola ketersediaan sumberdaya pakan ternak, penampilan produksi sapi potong, potensi produksi pakan dan optimalisasi penggunaan sumberdaya pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari profil peternak diketahui bahwa umur petani peternak masuk ke dalam katagori usia produktif (76,47%), tingkat pendidikan rendah (70,59%), pekerjaan utama adalah sebagai petani tanaman pangan (70,59%) dan pengalaman beternak sapi potong lebih dari 25 tahun. Kepemilikan lahan berkisar antara 0,15 Ha – 1,5 Ha, kepemilikan sapi berkisar antara 2 – 4 ekor, dan jenis sapi yang paling banyak dipelihara adalah SimPO (42,50 %). Tujuan memelihara sapi potong adalah berturut-turut dari yang paling prioritas adalah sebagai tabungan, penghasil pupuk kandang dan memanfaatkan limbah pertanian. Ketersediaan sumberdaya pakan ternak, seperti tercermin dari beragamnya jenis bahan pakan yang digunakan yakni ada 35 jenis (musim kemarau) dan 15 jenis (musim penghujan). Terdapat 5 jenis bahan pakan yang dominan digunakan sebagai pakan dilihat dari seringnya pakan tersebut diberikan ke ternak (frekuensi pemberian) dan jumlah yang dikonsumsi (konsumsi BK), baik pada musim kemarau maupun musim penghujan, masing masing berturut-turut adalah jerami padi, rumput gajah, jerami jagung, rumput alam dan jerami kacang tanah. Komposisi ransum berkisar 1- 6 jenis pada musim kemarau dan 1 – 4 jenis pada musim penghujan. Penampilan produksi sapi potong yang dipelihara petani peternak responden pada musim kemarau, berturut-turut untuk jenis PO, SimPO dan LimPO, PBBH adalah 0,24, 0,22 dan 0,10 (rata-rata 0,19), sedangkan untuk musim penghujan PBBH adalah 0,18, 0,24 dan 0,23 (rata-rata 0,22) masing-masing dalam kg/ekor/hari. Total produksi BK pakan selama musim kemarau adalah 1.212,43 ton, sedangkan selama musim penghujan adalah 2.603,27 ton. Kandungan nutrien untuk masing-masing jenis pakan tidak berbeda jauh antar musim. Hasil simulasi JAVA program , menunjukkan bahwa PBBH tertinggi pada musim kemarau adalah sebesar 0,68kg/UT/hari pada penggunaan BK pakan 5%, dan pada musim penghujan sebesar 0,20 kg/UT/hari pada penggunaan BK pakan 1% dari total BK yang tersedia. Total produksi bobot badan (TPBB) maksimum pada musim kemarau adalah 11,94 ton dicapai pada penggunaan BK sebesar 18 % dan jumlah ternak yang dapat dipelihara sejumlah 199 UT, sedangkan pada musim penghujan adalah 37,22 ton dicapai pada penggunaan BK sebesar 46 % dan jumlah ternak yang dapat dipelihara sejumlah 1122 UT. Tanpa proses perpindahan pakan antar musim TPBB optimal selama 1 tahun adalah 19,16 ton/tahun, dicapai pada jumlah ternak yang dipelihara 350 UT. Kondisi ini dicapai apabila pada musim kemarau menggunakan BK pakan sebesar 29% dengan TPBB 7,36 ton/musim, sedangkan pada musim penghujan menggunakan BK pakan 14,5% dengan TPBB 11,81 ton/musim. Dari hasil perhitungan ini, maka masih terdapat kelebihan BK pakan yakni 860,83 ton pada musim kemarau dan 2225,80 ton pada musim penghujan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa potensi sumberdaya pakan ternak ruminansia pada musim penghujan lebih tinggi 2 (dua) kali lipat daripada musim kemarau. Jenis pakan pada kedua musim tersebut didominasi oleh limbah pertanian yang rendah kualitasnya. Tingkat produksi hasil simulasi ini sesuai dengan tingkat produksi sapi potong yang dipelihara oleh petani. Tingkat optimum penggunaan BK pakan tercapai pada penggunaan BK pakan 18% (musim kemarau) dan 46% (musim penghujan). Untuk mengoptimalkan sumberdaya pakan yang ada, perlu suplemen bahan pakan berkualitas tinggi. Jenis pakan yang mu