Analisis Penyediaan Pangan di Kabupaten Malang

Main Author: Rachmatika, AnfenditaAzmi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/160792/
Daftar Isi:
  • Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi yang harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya. Pangan juga merupakan salah satu program utama nasional sehingga peningkatan ketahanan pangan juga termasuk di dalamnya. Salah satu sub sistem ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan. Upaya pencapaian status gizi masyarakat yang baik dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup tersebut diperoleh melalui produksi pangan suatu daerah baik sektor pertanian, perikanan, maupun peternakan. Jika terjadi kekurangan produksi pangan, maka dapat dilakukan kebijakan impor. Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi kelebihan pangan maka dapat dilakukan kebijakan ekspor. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa ketersediaan pangan di suatu wilayah didapatkan dari produksi, perubahan stok, impor, ataupun ekspor. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Malang adalah sebesar 1,02 persen tiap tahunnya (Bappeda Kab. Malang, 2011). Dengan laju pertumbuhan yang cukup pesat tersebut, dapat dimungkinkan akan dibutuhkan lebih banyak jumlah pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata. Di lain sisi, semakin banyaknya lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi lahan industri maupun pemukiman menjadikan luas areal tanam menjadi semakin merosot. Konsekuensi logisnya adalah apakah dengan bertambahnya penduduk (yang berarti juga akan semakin banyak pemukiman), kebutuhan pangan juga akan dapat tercukupi dengan baik. Pada tingkat mikro, degradasi lahan dan air akibatnya adanya pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan keterbatasan kemampuan pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal. Hal ini akan mengakibatkan produktifitas usahatani pangan menurun dan secara makro akan membuat semakin bertambahnya penduduk miskin atau kelompok masyarakat yang mempunyai daya beli rendah atau tidak mempunyai akses atas pangan, sehingga memperbesar resiko terjadinya kerawanan pangan. Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia akibat rendahnya kualitas pangan. Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten yang terindikasi memiliki status kurang tahan pangan. Hasil pemetaan kerawanan pangan di Jawa Timur juga menghasilkan Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang agak rawan pangan. Padahal, Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra penghasil tanaman pangan yang cukup besar di Jawa Timur. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis keadaan ketersediaan dan konsumsi pangan berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH); (2) mengestimasi produksi dan konsumsi pangan di Kabupaten Malang; serta (3) menganalisis tingkat daya dukung lahan pertanian di Kabupaten Malang. Analisis ketersediaan dan konsumsi pangan di Kabupaten Malang menggunakan perhitungan Pola Pangan Harapan. Untuk PPH ketersediaan menggunakan data Neraca Bahan Makanan Kabupaten Malang 2011, sementara itu PPH konsumsi menggunakan data sekunder survei pangan. Estimasi produksi dan konsumsi pangan dilakukan dari tahun 2012 – 2016 menggunakan tren eksponensial dan laju pertumbuhan penduduk. Untuk tingkat daya dukung lahan menggunakan rumus pembagian antara produksi tanaman pangan dengan kebutuhan fisik minimum masyarakat Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa s kor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan untuk Kabupaten Malang tahun 2011 adalah 77,6. Skor PPH ini belum ideal karena belum mampu mencapai skor PPH ideal yaitu 100 sehingga dapat dikatakan keadaan ketersediaan pangannya belum beragam. Kontribusi energi dalam ketersediaan pangan sebesar 185,27% AKE yang didominasi kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, gula, serta sayur dan buah. Sementara itu, skor PPH konsumsi Kabupaten Malang tahun 2011 menunjukkan skor 85,3. Kontribusi energi dalam konsumsi pangan penduduk sebesar 91,2% AKE dengan dominasi kelompok pangan padi-padian, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, serta kacang-kacangan. Pada estimasi produksi pangan di Kabupaten Malang tahun 2012 – 2016, hampir keseluruhan mengalami kenaikan untuk tiap tahunnya kecuali ubi jalar dan ikan. Perkiraan produksi paling tinggi terdapat pada komoditas buah-buahan dengan jumlah 1.466.751,51 ton pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 2.731.497,54 ton pada tahun 2016. Pada estimasi konsumsi pangan yang didasarkan pada pertumbuhan penduduk, terjadi perkiraan kenaikan konsumsi pada semua komoditas yang diestimasi dengan konsumsi beras yang paling tinggi yaitu 270.293,78 ton pada tahun 2012 dan mencapai 292.116,01 pada tahun 2016. Gap estimasi produksi dan konsumsi tahun 2012 – 2016 menghasilkan surplus pada seluruh komoditas yang diestimasi kecuali ikan dan kedelai yang bernilai defisit. Kabupaten Malang pada tahun 2011 – 2016 memiliki tingkat daya dukung lahan pertanian yang sangat baik untuk kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian. Dengan rata-rata daya dukung lahan pertanian sebesar 2,784 untuk kelompok pangan padi-padian dan 7,458 untuk kelompok pangan umbi-umbian dalam kurun waktu enam tahun tersebut, Kabupaten Malang dianggap mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduknya. Sementara itu, nilai daya dukung lahan yang dimiliki oleh kelompok kacang-kacangan rata-rata sebesar 0,281 menjadikan Kabupaten Malang belum mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum pada kelompok pangan ini. Dengan demikian, dalam kurun waktu tersebut diperlukan tambahan luas panen untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang berasal dari kelompok kacang-kacangan.