Dimensi Ekonomi, Struktural, dan Kultural dalam Lingkaran Kemiskinan pada Pemulung di Kota Makassar
Main Author: | Daniel |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/160692/ |
Daftar Isi:
- Fenomena lingkaran kemiskinan yang membelenggu komunitas miskin seperti pemulung di Kota Makassar sebagai akar ketidakberdayaan mereka dalam memperbaiki atau meningkatkan taraf hidupnya. Kondisi ini telah menggugah perhatian berbagai kalangan untuk menanggulanginya, seperti lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa, dan para ilmuan dari berbagai disiplin. Penanggulangan ini beralasan, sebab lingkaran kemiskinan itu saling mengakibatkan, antara kebodohan, kesehatan buruk, kelaparan, dan kriminalitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1) dimensi ekonomi, struktural, dan kultural, sehingga pemulung di Kota Makassar terperangkap dalam lingkaran kemiskinan saat ini dan 2) makna kemiskinan dan lingkaran kemiskinan menurut persepsi mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menerapkan grounded theory untuk fokus penelitian. Informan penelitian meliputi : 1) tujuh pemulung merupakan informan utama dan 2) dua tokoh masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang pemulung, sebagai informan pendukung. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemulung di Kota Makassar telah terperangkap dalam lingkaran kemiskinan karena dimensi sebagai berikut : 1) ekonomi, terlihat pada modal, produktivitas, dan pendapatan mereka rendah, sehingga tabungan dan investasi hampir tidak ada. Indikasi lain untuk menggambarkan kemiskinan yang mendalam adalah, kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi cukup rendah, lemahnya akses mereka terhadap fasilitas listrik dan air bersih serta kondisi rumah mereka terbuat dari bahan-bahan bekas, 2) struktural, menunjukkan bahwa sebagian besar dari pemulung di kota ini berpendidikan rendah dan tingkat kesehatan mereka buruk. Selain itu tidak ada lembaga pendidikan yang mampu menyediakan tempat pendidikan bagi mereka, dan 3) kulktural, seperti konsumtif, apatis, pasrah, dan tidak terintegrasi dengan masyarakat luas.