Aktivitas Superoksida Dismutase (SOD), Kadar Malondialdehid (MDA), Ekspresi iNOS dan Gambaran Histologis Jaringan Pankreas Tikus Diabetes Melitus Tipe I yang Mendapat Terapi Ekstrak Temu Giring (Curcu

Main Author: Laeliocattleya, RosalinaAriesta
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/160134/
Daftar Isi:
  • Penyakit diabetes melitus (DM) atau kencing manis terbagi atas DM tipe 1, 2 dan gestasional. DM tipe 1 dicirikan oleh kerusakan selektif dari sel-sel beta pankreas penghasil insulin melalui mekanisme cellular mediated autoimmune . Salah satu alternatif pengobatan DM adalah dengan terapi herbal menggunakan ekstrak rimpang temu giring ( Curcuma heyneana) . Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan kemampuan ekstrak rimpang temu giring ( Curcuma heyneana ) dalam menurunkan kadar malondialdehid (MDA) dan ekspresi iNOS, meningkatkan aktivitas SOD serta memperbaiki kerusakan jaringan pancreas tikus DM hasil induksi MLD-STZ. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap 1 merupakan tahap pembuatan ekstrak, uji fitokimia dan analisis spektrum infra merah ekstrak temu giring ( Curcuma heyneana). Sedangkan tahap 2 merupakan tahap pengujian pengaruh pemberian MLD-STZ dan terapi ekstrak temu giring ( Curcuma heyneana) pada jaringan pankreas tikus DM tipe 1. Pada penelitian ini digunakan hewan model DM tipe I dari tikus wistar dengan pemberian Multiple Low Dose -Streptozotocin (MLD-STZ) dosis 20 mg/kgBB selama 5 hari berturutturut. Tikus diukur kadar glukosa darah menggunakan glukometer digital dan dinyatakan DM bila kadar glukosa darah mencapai lebih dari 300 mg/dL. Ekstrak temu giring sebagai alternatif terapi diberikan pada hewan coba dengan dosis bervariasi yaitu 1,25; 2,5 dan 3,75 g/kgBB selama 7 hari berturut-turut. Senyawa-senyawa yang terkandung pada ekstrak temu giring diidentifikasi menggunakan uji fitokimia, Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang temu giring menunjukkan hasil positif untuk uji fitokimia yang meliputi uji flavonoid, alkaloid dan terpenoid. Hasil ini juga didukung dari hasil KLT dan analisis IR bahwa ekstrak rimpang temu giring memiliki karakter gugus fungsi yang hampir sama dengan gugus fungsi pada senyawa polifenol, alkaloid dan terpenoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi ekstrak rimpang temu giring dosis 1,25; 2,5 dan 3,75 g/kgBB pada tikus yang diinduksi MLD-STZ menunjukkan penurunan kadar glukosa darah berturut-turut sebesar 57,37%, 66,82%; 72,12%, penurunan kadar MDA sebesar 24,66%; 37,33%; 50,83%, penurunan ekspresi iNOS sebesar 28,84%; 44,79% dan 55,83%, peningkatan aktivitas SOD sebesar 29,42%; 52,30% dan 80,16%, serta perbaikan kerusakan jaringan pankreas yang ditunjukkan dari penurunan derajat insulitis. Terapi maksimum pada tikus DM tipe 1 ditunjukkan pada pemberian ekstrak temu giring dosis 3,75 g/kgBB. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata antara tikus DM tipe 1 dengan tikus yang mendapat terapi ekstrak temu giring dosis 1,25; 2,5; dan 3,75 g/kgBB pada masing-masing parameter yaitu kadar glukosa darah, ekspresi iNOS, kadar MDA, aktivitas SOD dan derajat insulitis (p 0,01).