Efek Perlindungan Ekstrak Metanol Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) terhadap Kerusakan Oksidatif pada Sel Progenitor Endotel dari Sel Punca Darah Tepi

Main Author: Widyanto, RahmaMicho
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/160124/
Daftar Isi:
  • Beberapa penelitian telah melaporkan adanya keterkaitan antara konsumsi teh hijau dengan penurunan resiko penyakit kardiovaskuler, meskipun mekanismenya belum diketahui sepenuhnya. Efek pengurangan resiko penyakit kardiovaskuler ini diduga akibat komponen flavonoid yang terkandung di dalam teh hijau. Salah satu mekanisme yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis adalah disfungsi endotel dan karenanya penggantian sel endotel yang rusak akan menimbulkan perbaikan jaringan endotel. Sel progenitor endotel ( endo lial progenitor cell ; EPC) merupakan sel dengan karakteristik seperti sel punca yang berperan penting dalam proses pembentukan jaringan pembuluh darah serta perbaikan sel endotel yang rusak. Disfungsi endotel erat kaitannya dengan peningkatan stres oksidatif dan memungkinkan untuk dilakukan penekanan kadar reactive oxygen species (ROS) dengan perlakuan antioksidan. Kandungan flavonoid dalam teh hijau merupakan senyawa dengan aktivitas antioksidan yang potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak metanol teh hijau dapat melindungi EPC dari kerusakan oksidatif. Sel mononuklear telah diisolasi dari darah tepi menggunakan Ficoll dan dikulturkan pada cawan petri yang sebelumnya dilapisi dengan fibronektin. Setelah 7 hari masa kultur, EPC dikarakterisasi sebagai sel yang menempel pada dasar cawan dan dapat melakukan pengambilan LDL sekaligus pengikatan lektin dengan persentase sebesar 70.74 ± 16.28 %. Karakterisasi EPC selanjutnya adalah dengan ekspresi penanda permukaan CD34/45 (0.13 ± 0.041 %), CD133 (0.14 ± 0.035 %), dan KDR (0.23 ± 0.031 %). Stres oksidatif pada EPC diinduksi dengan H 2 O 2 (50, 100, 200 μM) dan diinkubasi dengan atau tanpa penambahan ekstrak metanol teh hijau (25 mg/L) atau EGCG (6.25 mg/L) yang digunakan sebagai kontrol. Viabilitas sel diukur dengan pengujian kuantitatif kolorimetrik menggunakan CellTiter. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau dapat memperbaiki viabilitas sel pada EPC yang diinduksi dengan 50, 100, 200 μM H 2 O 2 masing-masing sebesar 28.72 ± 10.5 %, 34.55 ± 7.64 %, dan 27.04 ± 3.42 %, sementara EGCG sebesar 24.7 ± 11.09 %, 31.60 ± 14.71 % dan 20.67 ± 3.71 % dibandingkan dengan kontrol. Kadar ROS intraseluler diukur dengan fluoresensi dari 2`,7`- dichlorofluorescein diacetate (DCFH-DA) menggunakan flow cytometry . Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol teh hijau mampu menurunkan kadar intraseluler ROS pada sel yang diinduksi dengan 50, 100, 200 μM H 2 O 2 masing-masing sebesar 84.24 ± 8.59 %, 92.27 ± 1.08 %, dan 93.72 ± 0.36 %, sementara EGCG sebesar 80.7 ± 10.84 %, 90.73 ± 7.88 %, dan 92.05 ± 0.31 % dibandingkan dengan kontrol. Hasil menunjukkan bahwa baik ekstrak metanol teh hijau maupun EGCG dapat memperbaiki viabilitas sel dengan cara menurunkan kadar ROS intraseluler pada EPC yang diinduksi oleh H 2 O 2 .