Usulan Penerapan Lean Six Sigma, Fmea Dan Fuzzy Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Botol Sabun Cair Pada Departemen Produksi Blow Moulding Di Pt. “Xyz”
Main Author: | Ellianto, MarioSariskyDwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/159792/ |
Daftar Isi:
- PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang kemasan plastik dan jenis produk yang dihasilkan antara lain botol, gallon, sikat gigi dan cap tutup botol. Permasalahan pada perusahaan saat ini adalah tingginya pemborosan defect yang terjadi karena cacat produk. Total defect tertinggi pada produk botol sabun cair mencapai 9.1% sehingga penyebab defect harus segera diidentifikasi. Defect rata-rata perusahaan saat ini diatas target cacat yang ditentukan perusahaan, yaitu sebesar 2%. Penggunaan metode lean six sigma diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan pemborosan yang sering terjadi pada lantai produksi, khususnya cacat produk. Penggunaan metode FMEA dapat mengidentifikasi potensi kegagalan yang timbul dalam proses produksi botol sabun cair dengan tujuan untuk meminimalkan resiko kegagalan produksi dan mendapatkan prioritas resiko tertinggi sebagai acuan tindakan perbaikan. Penggunaan metode fuzzy mampu memperbaiki penentuan prioritas resiko dari metode FMEA. Dengan pendekatan metode fuzzy maka dapat dihilangkan nilai prioritas resiko yang sama sehingga hanya diperoleh satu nilai yang tertinggi sebagai acuan untuk tindakan perbaikan. Pengolahan dengan metode lean six sigma diperoleh empat macam jenis defect kritis yaitu defect kotor hitam, garis di dinding botol, leher menyempit/buntu, dan mulut tidak rata. Hasil perhitungan FMEA diketahui bahwa nilai Risk Priority number (RPN) tertinggi berasal dari dua defect yang berbeda. Nilai RPN kedua penyebab defect tersebut mempunyai nilai tertinggi sebesar 48 dan menjadi peringkat pertama sebagai acuan prioritas tindakan perbaikan. Hasil perhitungan fuzzy diketahui bahwa nilai fuzzy risk priority number (FRPN) yang tertinggi berasal dari defect kotor hitam dengan penyebab defect yaitu kurang memperhatikan komposisi material dengan nilai sebesar 3,327831. Dari hasil penyebab defect tertinggi kemudian diberikan usulan tindakan perbaikan.