Evaluasi Model Pemberdayaan Koperasi INTAKO Pada UMKM di Sentral Industri Tas dan Koper Tanggunglangin Sidoarjo Sebagai Upaya Pencegahan Kemiskinan

Main Author: Aminy, Aisyah
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/159310/
Daftar Isi:
  • Penulis tertarik mengambil judul tersebut karena peranan UMKM yang begitu besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan mencegah kemiskinan. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dibuat oleh Pemerintah tidak menunjukkan hasil yang cukup signifikan, dalam tiga tahun terakhir Pemerintah hanya bisa menurunkan 1 juta jiwa penduduk miskin pertahunnya di seluruh Indonesia. Di Jawa Timur, persentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk Jawa Timur menurun dari tahun ke tahun dan pada tahun 2012 menjadi 13,08% sedangkan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2012 adalah 7,27%. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jawa Timur memiliki andil besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. UMKM memberikan kontribusi yang mencapai 54,34% terhadap total nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur pada Tahun 2012. Dibalik potensinya, UMKM memiliki kendala dan keterbatasan baik secara internal maupun eksternal sehingga pemberdayaan perlu dilakukan. Pendekatan sentra atau clustering dianggap merupakan strategi yang tepat untuk melakukan pemberdayaan UMKM. Sentra Industri Tas dan Koper Tanggulangin Sidoarjo memiliki model pemberdayaan untuk memaksimalkan pengembangan sentra yaitu dengan adanya Koperasi INTAKO. Koperasi tersebut dibentuk dari inisiatif beberapa pengrajin di Tahun 1976 dan masih eksis sampai sekarang bahkan bisa bertahan di saat-saat Sidoarjo terkena bencana lumpur lapindo. Akan tetapi masih ada permasalahan lain yaitu persaingan produk impor dari Cina, keterbatasan SDM, dsb. Oleh karena itu permasalahan yang diambil oleh peneliti adalah bagaimana model pemberdayaan Koperasi INTAKO pada UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas model pemberdayaan Koperasi INTAKO pada UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo, dan bagaimana formulasi model pemberdayaan Koperasi INTAKO yang efektif pada UMKM di Sentra Tas dan Koper Tanggulangin Sidoarjo dalam pencegahan kemiskinan. Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis melakukan evaluasi model pemberdayaan yang sudah dijalankan oleh Koperasi INTAKO. Evaluasi pemberdayaan dilakukan dengan model Fujikake (2008), yang kemudian dapat dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas model pemberdayaan tersebut. Setelah didapat faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun suatu strategi untuk mendapatkan formulasi model pemberdayaan Koperasi INTAKO pada UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo yaitu dengan pendekatan pemberdayaan 5P dalam Suharto (2010: 67) pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan serta konsep daya saing UMKM dalam Tambunan (2008: 4-5) sehingga tercipta UMKM yang mandiri dan berdaya saing. Selain itu, perangkap kemiskinan yang dialami oleh pelaku usaha mikro seperti yang disebutkan Chambers (1987: 141) yaitu kemiskinan, kelemahan jasmani, isolasi, kerawanan, dan ketidakberdayaan akan dikaji. Dengan mengkaji pokok permasalahan dalam lilitan kemiskinan tersebut, nantinya ditemukan berbagai tindakan pencegahan kemiskinan pada UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin, Sidoarjo. Dalam penelitian ini, sebelum melakukan evaluasi model pemberdayaan penulis mengidentifikasi karakteristik dari pelaku UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo yang dilakukan terhadap 18 (delapanbelas) orang v informan anggota Koperasi INTAKO. Pelaku UMKM di Sentra tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo memiliki pola perilaku yang berbeda-beda tetapi kecenderungan dari pola tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya apakah skala mikro, kecil, dan menengah. Pelaku usaha mikro yang tidak membuat produk sendiri terkena perangkap kemiskinan seperti yang ditulis Chambers (1987). Pemberdayaan mutlak diperlukan untuk menjadikan UMKM bisa berdaya menghadapi persaingan dengan usaha besar. Pengembangan sentra UMKM merupakan salah satu bentuk local community empowering yang bertujuan untuk mengentaskan ketidakberdayaan ekonomi. Pemberdayaan UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin dilakukan dengan adanya berbagai program yang dibuat oleh Koperasi INTAKO sebagai wadah pemberdaya bagi anggotanya sehingga tercipta UMKM yang berdaya, mandiri, dan berdaya saing sehingga dapat berperan aktif dalam memberantas kemiskinan dan pengangguran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Berbagai program kegiatan dalam rangka pemberdayaan UMKM dilaksanakan dalam bentuk pemberian kemudahan dalam hal pengadaan bahan baku, permodalan, pemasaran, dan pelatihan-pelatihan ketrampilan. Berbagai program tersebut diwujudkan oleh Koperasi INTAKO dalam bentuk bidang usaha koperasi dengan aturan dan pedomannya dibuat melalui kesepakatan anggota saat diadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang merupakan forum tertinggi dalam sebuah koperasi. Anggota diajak ikut berpartisipasi dalam penyusunan aturan dan pedoman tersebut dengan tujuan untuk menjalin keterkaitan emosi antara anggota dan koperasi sehingga tercipta rasa memiliki koperasi pada tubuh anggota dan anggota dapat berperan aktif dalam pengembangan koperasi. Anggota menjadi subyek dalam pembangunan koperasi sesuai dengan paradigma pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered development). Dari hasil evaluasi model pemberdayaan Koperasi INTAKO dapat diketahui bahwa pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan sudah dilakukan tetapi belum maksimal yang dapat dilihat dari 12 indikator dari proses pemberdayaan yaitu tingkat partisipasi anggota, mengemukakan opini, perubahan kesadaran, pengambilan tindakan, kepedulian dan kerjasama, kreativitas, menyusun tujuan baru, negosiasi, kepuasan, kepercayaan diri, ketrampilan manajerial, dan pengambilan keputusan. Partisipasi pelaku usaha mikro dan pelaku usaha menengah mengalami penurunan terutama dalam hal pemasaran dan manajemen koperasi. Penguatan kepada anggota terutama dalam hal ketrampilan manajemen pembukuan dan keuangan juga belum maksimal. Hal ini karena bagi pelaku UMKM, manajemen usaha adalah nomer yang kedua. Pelaku UMKM adalah seorang one man show yang harus mengatur bahan, menjalin kemitraan untuk memperluas pasar, membuat pola pembuatan model tas yang akan diproduksi, serta mengatur gaji tenaga kerjanya sehingga mereka tidak punya cukup waktu untuk membuat manajemen keuangan. Padahal dengan membuat buku pembukan maka mereka dapat mengontrol usahanya. Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas model pemberdayaan tersebut, yaitu adanya kebijakan makro dari pemerintah yang tidak berpihak pada UMKM, misalnya diberlakukannya kebijakan AFTA di Indonesia, Adanya bencana lumpur lapindo Tahun 2006, Adanya persaingan produk sejenis terutama di kawasan sentra industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo, sistem manajemen di Koperasi INTAKO yang tidak transparan dan procedural, adanya konflik antar anggota sehingga tidak adanya homogenitas vi kepentingan anggota, keterbatasan SDM meliputi keahlian atau tingkat pendidikan pekerja dan keahlian pengelola koperasi. Sedangkan untuk faktor pendorong adalah wadah kelembagaan dipilih oleh UMKM di sentra industri tas dan koper Tanggulangin adalah koperasi, pendirian wadah kelembagaan yaitu Koperasi INTAKO di sentra industri tas dan koper Tanggulangin sudah menerapkan fase emansipatif dan menggunakan paradigma people centered development, aturan, visi, dan misi Koperasi INTAKO dibuat atas dasar kesepakatan anggota pada waktu RAT, sistem penerimaan produk barang jadi sudah memperhatikan skala usaha anggota yaitu dengan adanya sistem kuota dan konsinyasi, ketersediaan modal di Koperasi INTAKO, ketersediaan informasi di Koperasi INTAKO, dan ketersediaan input-input lainnya seperti energi, bahan baku, dll. Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi pada berbagai program yang selama ini dijalankan oleh Koperasi INTAKO sebagai bentuk pemberdayaan kepada anggotanya. Program kegiatan ya