Regulasi Ion Kalsium terhadap Inisiasi GVBD dalam Oosit Ikan Lele Dumbo (Claria gariephinus)

Main Author: Wahab, AfrizalRusyadi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/159075/
Daftar Isi:
  • Salah satu contoh ikan air tawar yang berkualitas baik ikan lele ( Clarias sp .) Lele adalah salah satu komoditi ikan air tawar yang banyak peminatnya, untuk konsumsi. Oleh karena itu perikanan budidaya air tawar perlu dikembangkan. Akan tetapi, perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas ini disebabkan karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), dan seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Pemaparan dengan ion kalsium secara in vitro terhadap oosit ikan lele merupakan salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ion kalsium (Ca ++ ) adalah salah satu bahan yang berperan sangat penting bagi proses fisiologis mahluk hidup terutama dalam proses biokimia sel. Mekanisme regulasi ion kalsium secara langsung terhadap aktivasi molekul CAK ( cdk activated kinase ) dalam oosit ikan lele sampai saat ini belum diketahui dengan rinci namun dengan meningkatkan ion kalsium dalam oosit ikan lele akan memiliki peluang untuk menginduksi terjadinya proses pematangan oosit. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh apakah dengan pemaparan ion kalsium A 23187 dapat meningkatkan jumlah ion kalsium dalam oosit, sehingga dapat menginduksi terjadinya pematangan telur yang ditandai dengan germinal vesicle migration (GVM) dan germinal vesicle breakdown (GVBD). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Breeding, Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Islam Negeri Malang dan Laboratorium Nutrisi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang pada bulan Oktober 2012 . Metode yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan pemaparan kalsium inofor A 23187 dengan konsentrasi berbeda, yaitu 0,15 μM; 0,3 μM; 0,6 μM dan 1,2 μM dengan masing-masing sebanyak 3 kali menurut waktu perlakuan. Parameter utama yang diamati adalah jumlah oosit GVM atau GVBD, sedangkan untuk parameter penunjang meliputi jumlah ion kalsium dalam oosit dan molekul yang terlibat dalam pematangan oosit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pemaparan ionofor A 23187 pada oosit ikan lele dumbo ( clarias gariephinus ) memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah oosit yang mengalami GVM dan GVBD. Konsentrasi ionofor 1,2 μM memiliki nilai tertinggi terhadap jumlah GVM dan konsentrasi 0,6 μM memiliki nilai tertinggi terhadap jumlah GVBD. Penelitian ini merupakan informasi dasar dan disarankan untuk melakukan banyak penelitan lebih lanjut untuk mencari dosis yang optimal dan bahan apa yang dapat di mix /ditambahkan dengan ionofor A 23187 sehingga dapat menginduksi maturasi hingga tahap GVBD.