Produksi dan Pengujian Daya Simpan Campuran Acidifier dan Fitobiotik Terenkapsulasi sebagai Aditif Pakan Ayam Petelur
Main Author: | Pratama, RuliNanda |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/159031/ |
Daftar Isi:
- Selama ini peternak menggunakan antibiotik untuk menekan angka morbiditas dan meningkatkan efisiensi produksi. Akan tetapi penggunaan antibiotik memiliki dampak buruk terhadap produk ternak yang dihasilkan, yaitu berupa residu antibiotik yang dapat berdampak negatif kepada konsumen. Alternatif pengganti antibiotik diantaranya adalah acidifier dari asam organik dan fitobiotik dari tanaman herbal. Asam organik yang digunakan berupa asam laktat dan asam sitrat. Keduanya memiliki peranan menurunkan pH usus halus dan menekan pertumbuhan bakteri patogen. Sedangkan tanaman herbal yang digunakan adalah bawang putih dan meniran. Bawang putih berperan sebagai appertizer, antibakteri, dan pemacu pertumbuhan, sedangkan meniran memiliki efek sebagai imunomodulator. Berbagai peranan yang menguntungkan dari asam organik dan tanaman herbal tersebut, maka dilakukan pencampuran untuk diproses menjadi aditif pakan pengganti antibiotik. Efisiensi penggunaan dan peranan aditif pakan dari campuran acidifier dan fitobiotik dapat berkurang selama proses pembuatan maupun selama melalui organ pencernaan sebelum usus halus. Alternatif untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan proteksi menggunakan teknologi enkapsulasi. Aditif pakan hasil enkapsulasi memiliki sifat higroskopis dan daya simpan yang terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian daya simpan menggunakan jenis pengemas yang berbeda dalam kurun waktu tertentu dan pengujian secara in vivo pada ayam petelur untuk mengetahui profil darah dan penampilan produksinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh: 1) penggunaan jenis pengemas yang berbeda terhadap daya simpan campuran acidifier dan fitobiotik terenkapsulasi, 2) lama simpan terhadap daya simpan campuran acidifier dan fitobiotik terenkapsulasi, 3) penggunaan campuran acidifier dan fitobiotik bentuk tanpa enkapsulasi dan terenkapsulasi dalam pakan terhadap profil darah dan penampilan produksi ayam petelur, 4) penggunaan campuran acidifier dan fitobiotik dengan level yang berbeda dalam pakan terhadap profil darah dan penampilan produksi ayam petelur, dan 5) penggantian antibiotik dengan campuran acidifier dan fitobiotik dalam pakan terhadap profil darah dan penampilan produksi ayam petelur. Ruang lingkup penelitian ini terbagi atas dua percobaan, yaitu 1) pembuatan dan pengujian daya simpan aditif pakan dari campuran acidifier dan fitobiotik melalui teknologi enkapsulasi ditinjau dari jenis pengemas dan lama simpan, serta 2) pengujian secara in vivo pada ayam petelur dengan membandingkan aditif pakan bentuk enkapsulasi dan tanpa enkapsulasi, serta level penggunaan terbaik sebagai pengganti antibiotik. Materi yang digunakan pada percobaan 1 adalah asam laktat, asam sitrat, bawang putih, meniran, whey, gum arab, BHT, dan microwave oven. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang. Terdiri dari 25 perlakuan yang dibedakan atas 5 jenis pengemas, yaitu plastik PP (P 1 ), OPP (P 2 ), PE (P 3 ), HDPE (P 4 ), dan LLDPE (P 5 ), serta 5 lama simpan, yaitu 0 (L 0 ), 2 (L 2 ), 4 (L 4 ), 6 (L 6 ), dan 8 (L 8 ) minggu yang tersarang pada jenis pengemas. Setiap pengemas memiliki ukuran 10 x 8 x 0,03 cm (panjang, lebar, dan tebal). Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang serta dilakukan pencatatan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan setiap hari. Variabel yang diamati meliputi kadar air, nilai aw, serta TPC kapang dan khamir. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan`s. Materi yang digunakan pada percobaan 2 adalah campuran acidifier dan fitobiotik terenkapsulasi dan tanpa enkapsulasi, serta tetracycline yang ditambahkan ke dalam pakan. Sebanyak 144 ekor ayam petelur strain Isa Brown umur 56 minggu ditempatkan di dalam kandang baterai sebagai ternak percobaan. Metode yang digunakan adalah percobaan lapang dalam Rancangan Acak Lengkap pola tersarang. Sembilan pakan perlakuan dibedakan atas 2 bentuk aditif pakan, yaitu tanpa enkapsulasi (P 1 ) dan terenkapsulasi (P 2 ), serta 4 level penggunaan, yaitu 0% (L 0 ), 0,5% (L 1 ), 1,0% (L 2 ), dan 1,5% (L 3 ). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali masing-masing 4 ekor ayam. Pakan basal dengan penambahan tetracycline sebanyak 0,2% digunakan sebagai kontrol positif (P 0 ). Variabel yang diamati adalah kadar total protein, albumin, globulin serum darah, Hb, glukosa darah, konsumsi pakan, HDP, berat telur, egg mass, dan konversi pakan. Data dianalisis menggunakan analisis ragam serta dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan`s dan uji T tidak berpasangan. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa perlakuan jenis pengemas dan lama simpan memberikan perbedaan sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar air, nilai a w , serta TPC kapang dan khamir aditif pakan hasil enkapsulasi. Hasil uji jarak berganda Duncan`s menunjukkan aditif pakan hasil enkapsulasi yang dikemas dalam plastik OPP selama 0 minggu sebagai perlakuan terbaik. Selanjutnya hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa perlakuan bentuk aditif pakan memberikan perbedaan tidak nyata (P0,05) terhadap kadar total protein dan albumin serum darah, glukosa darah, konsumsi pakan, HDP, dan berat telur, namun memberikan perbedaan nyata (P 0,05) terhadap kadar globulin serum darah dan egg mass, serta memberikan perbedaan sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar Hb dan konversi pakan ayam petelur. Hasil uji jarak berganda Duncan`s menunjukkan aditif pakan bentuk enkapsulasi sebagai perlakuan terbaik. Level penggunaan aditif pakan memberikan perbedaan tidak nyata (P0,05) terhadap kadar total protein dan globulin serum darah, Hb, glukosa darah, konsumsi pakan, HDP, berat telur, dan egg mass , namun memberikan perbedaan nyata (P 0,05) terhadap konversi pakan. Hasil uji jarak berganda Duncan`s serta uji T tidak berpasangan menunjukkan level penggunaan aditif pakan bentuk enkapsulasi sebanyak 1,5% sebagai pelakuan terbaik dan lebih baik dari pada antibiotik dalam menurunkan konversi pakan ayam petelur. Level penggunaan pada bentuk aditif pakan juga memberikan